Loading...
DUNIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 06:14 WIB | Rabu, 24 Desember 2014

Skandal Minyak di Brasil Terus Meningkat

Mantan manajer Petrobas Pedro Barusco. (foto: cljornal.com.br)

RIO DE JANEIRO, SATUHARAPAN.COM – Sebuah negara penghasil minyak merupakan kehormatan tersendiri bagi negara tersebut. Namun, hal ini tidak terjadi di Brasil di mana kasus skandal korupsi yang melibatkan perusahaan minyak yang berada di bawah kendali pemerintah yaitu Petrobas sebesar USD 3,8 miliar atau sekitar Rp 47 triliun terjadi di tengah jatuhnya ekonomi Brasil saat ini.

Penyelidikan korupsi menjadi perhatian publik sejak Maret lalu, yang melibatkan 91 orang termasuk para eksekutif dari pihak Petrobas dan beberapa perusahaan lainnya seperti konstruksi dan teknik terbesar di Brasil. Namun, itu bukanlah kasus yang terakhir. Pada Jumat (19/12), sebuah surat kabar setempat Estado de S. Paulo mengumumkan nama dari seorang politisi yang disebut-sebut ada kaitannya dengan skandal korupsi minyak.

Jaksa mengatakan bahwa para eksekutif Petrobas termasuk Paulo Costa mantan direktur departemen pemasok yang telah menyembunyikan barang bukti telah mengumpulkan satu hingga lima persen suap pada surat kontrak yang telah di mark-up atau digelembungkan dan para kontraktor dari enam perusahaan membentuk sebuah “tim” untuk memperbaiki tawaran dari Petrobas tersebut.

Surat kabar tersebut mencatat 28 nama dari politisi yang terlibat dalam kasus ini yang sebagian besar berasal dari Partai Buruh dan koalisinya. Costa menuding mereka memanfaatkan kasus ini untuk tujuan tertentu namun tuduhan tersebut ditolak oleh jaksa.

Para eksekutif lainnya juga menunjukkan bukti, termasuk mantan manajer Petrobas Pedro Barusco yang telah berjanji untuk mengembalikan uang sejumlah USD 100 juta atau Rp 1,2 triliun kepada perusahaan.

Bagi banyak orang Brasil, skandal Big Oil merupakan hal yang paling memalukan. Namun di sisi lain merupakan kesempatan untuk menghadapi korupsi endemik tersebut.

“Ini merupakan saat di mana Anda menunjukkan siapa Anda sebenarnya. Anda siap untuk berubah,” kata Alejandro Salas direktur regional untuk Amerika Serikat di Transparency International di Berlin. “Ini adalah saat yang bersejarah.”

Menurutnya hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa Petrobas saat ini sedang menghadapi badai cobaan dan pemerintah Brasil harus memenjarakan yang bersalah. Jika itu tidak terjadi, Salas mengatakan, “Brasil membuat kesalahan besar.”

Presiden Dilma Rousseff juga menilai bahwa ini adalah hal yang sangat penting. “Inilah saatnya untuk masuk ke dalam pakta nasional yang besar terhadap korupsi yang melibatkan semua sektor masyarakat dan lingkungan pemerintah,” kata dia dalam pidatonya pekan lalu.

Secara hukum, politisi Brasil harus dihukum oleh Mahkamah Agung negara tersebut. Mahkamah Agung pernah memutuskan seorang politisi bersalah dalam skandal beli-suara yang disebut Mensalao atau Big Monthly Payment (Pembayaran Bulanan yang Besar). Ini membuktikan bahwa pengadilan juga bisa bertindak tegas terhadap kasus Big Oil.

“Sistem politik Brasil adalah kilang kejahatan,” kata Hakim Agung Luis Barosso dalam sebuah wawancara untuk blog politik Josias de Souza pekan lalu. “Politik tidak bisa djadikan bisnis.”

Terungkapnya penyelidikan yang disebut dengan Operasi Cuci Mobil menyajikan adegan yang menegangkan yang terjadi di markas Petrobas di Rio. Di tempat itu, kepala eksekutif Graca Foster menunggu dengan cemas sementara media Brasil terus menyorotinya terkait dengan skandal korupsi itu.

Pekan lalu, skandal itu menjadi sajian ‘sarapan pagi’ dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan pada menit terakhir untuk menggantikan makan malam Natal yang merupakan sebuah kebiasaan perusahaan itu untuk para wartawan terpilih.

Selain merasakan kegembiraan menyambut Natal, sebaliknya Foster ditanya mengapa dia dan para eksekutif terkemuka masih menduduki posisi mereka saat Pengadilan Federal Keuangan Brasil telah memberikan peringatan tentang overspending pada proyek-proyek bernilai miliaran dolar seperti kilang minyak Abreu e Lima di mana dalam kontrak tersebut ada tuduhan Operasi Cuci Mobil.

“Korupsi. Pencucian uang.  Peristiwa ini terjadi pada bulan Maret yang disebut dengan Operasi Cuci Mobil. Saya tidak dapat memberi tahu Anda tentang hal yang berbeda,” kata Foster. Dia mengatakan bahwa dia pernah mengajukan pengunduran diri kepada teman dekatnya yaitu Rousseff. Tapi ditolak. “Kami percaya pada proyek Petrobas,” kata dia. “Itulah sebabnya kami berada di sini.”

Foster mendapatkan tuduhan baru yang diterbitkan oleh harian bisnis Valor yang berdasar pada serangkaian surat elektronik eksekutif Petrobas Venina Fonseca yang dikirim ke Foster dan bos yang lain. Dalam surel tersebut terungkap bahwa telah terjadi penyimpangan anggaran biaya dari kilang Abreu e Lima.

Selain itu, ada juga implikasi dari luar negeri. Perdagangan Petrobas di Bursa Efek New York. Pada 30 November, 22,8 persen dari modal saham telah diperdagangkan di AS. Dalam sebuah surel yang diterima oleh The Washington Post pekan lalu, perusahaan mengatakan bekerja sama dengan Departemen Kehakiman AS dan Komisi Sekuritas dan Bursa, yang keduanya diyakini telah diinvetigasi secara terbuka. Jika Petrobas terbukti melawan hukum AS, maka implikasi hukum juga berpotensi kacau.

“Mereka dapat menggolongkan dakwaan sebagai non-tuntutan atau perjanjian penundaan tuntutan,” kata Jason Flemmons, senior managing director perusahaan konsultan FTI New York yang bekerja di divisi penegakkan SEC selama 12 tahun.

“Paparan di sini bisa mencapai ratusan juta dolar,” kata Jeffrey Lehtman seorang relasi di firma hukum Washington Richards Kibbe & Orbe khusus menangani masalah peraturan lintas batas perusahaan.

Petrobas telah memperkerjakan dua firma hukum –Brasil dan Amerika – untuk menyelidiki perusahaan tersebut dan akan menunjuk direktur baru untuk menjalankan departemen dengan memiliki kebebasan untuk pergi ke mana pun jika diperlukan. “Perusahaan akan melakukan apa pun untuk terlihat benar,” kata Flemmons.

Sementara itu, masyarakat Brasil bertanya-tanya seberapa jauh tangga politik akan berpengaruh dalam skandal tersebut. Foster nampaknya akan dikorbankan, tulis Igor Gielow dalam kolom Folha de S. Paulo seperti pendahulu Rousseff, Luiz Inacio Lula da Silva, yang mengorbankan kepala stafnya Jose Dirceu yang dipenjara dalam skandal Mensalao.

“Lula lolos dalam kasus Mensalao,” tulis Gielow. “Apakah dia dan Dilma akan bertahan dalam kasus Petrobas?”

Wawancara Fonseca pada Minggu (21/12) dalam acara televisi “Fantastico” telah memberikan tekanan kepada Foster dan Rousseff membelanya pada Senin (22/12) pagi. Fonseca mengatakan dia mengecam tentang penyimpangan anggaran ke Foster dan para bos lainnya yang dilakukan sejak 2008. Meskipun Fonseca mengatakan dia takut, namun dia tetap memberikan kesaksian. “Saya akan berjuang sampai akhir,” kata dia.

Paulo Sotero, direktur Brasil Institute di Woodrow Wilson Internasional Center for Scholar di Washington mengatakan Operasi Cuci Mobil yang dinyatakan oleh jaksa, polisi dan hakim telah benar-benar membaca suasana hati masyarakat yang selalu memprotes aksi koruptor dengan berdemo pada Juni 2013 lalu.

“Peristiwa ini akan menyiksa Presiden dan negara di masa mendatang. Tapi inilah yang terjadi,” kata Sotero. “Negara ini akan tumbuh dan menjadi negara yag terkuat.” (thewashingtonpost.com)

 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home