Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Reporter Satuharapan 19:18 WIB | Kamis, 13 Februari 2014

Suara Rakyat: Jalan Rusak Banyak Oknum Bermain

Jalan di bawah jalan layang Kalibata. (Foto: Diah A.R.)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pada musim hujan tahun ini—juga tahun-tahun sebelumnya—jalan-jalan mengalami kerusakan. Satuharapan.com mencari tahu opini masyarakat. Berikut  komentar mereka.

Dari kalangan mahasiswa, guru, dan wartawan menilai, jalan rusak karena sistem perawatan masih belum maksimal serta banyak oknum yang mengambil keuntungan dari tiap proyek perbaikan jalan.

Menurut, Mahasiswa Bina Sarana Informatika Jurusan Sistem Informasi, Gilang Saputra (24) di Perumahan Rawa Lumbu Bekasi, Kamis (6/2) mengatakan, kualitasnya jalan tidak sesuai, kadang ketebalannya dikurangi oleh oknum. Agar para pemborong bisa dapat keuntungan yang besar dari perbaikan jalan itu.

“Unsur korupsi ya pasti ada. Melihat teman saya ada yang kerjanya di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kecamatan Duren Sawit, ia sering bercerita masalah proyek jalan itu,” katanya.

Gilang menambahkan, banyaknya jalan berlubang juga menghambat mobilitas sehari-hari. Kalau rusaknya parah menimbulkan kemacetan panjang, dan rawan terjadi kecelakaan.

Harapan

Ia berharap, dinas terkait agar segera memperbaiki konstruksi jalan, supaya anggaran tidak boros, bukan perbaikan yang sekadar perbaikan.  

Hal senada juga dikatakan, Andreas Kristiadi (29) Guru SMPK 5 Penabur, Cipinang Indah, Jaktim, kepada satuharapan.com, konstruksi jalan yang tidak kuat karena menggunakan bahan seadanya. Sehingga kualitas jalan di bawah rata-rata, untuk beberapa jalan tertentu. Jika ada unsur korupsi, katanya, tidak dapat mengetahui berapa alokasi anggaran biaya untuk perbaikan jalan.

“Ya gak tau juga sih, karena saya gak bisa tahu alokasi rancangan biaya perbaikan/pembuatan jalan raya itu berapa rupiah dan realisasi proyek setelah pihak vendor ambil untung, kan baru bisa ketahuan ada korupsi atau tidak. Ya kalo dilihat sih bisa dikatakan ada korupsi,” Andreas menjelaskan.

Lebih lanjut ia mengatakan, jalan seharusnya cepat diperbaiki dengan baik dan benar,  agar para pengguna jalan baik itu roda empat dan dua aman dalam berkendara. Serta sistem distribusi dan transportasi harus terus ditingkatkan pemerintah pusat dan daerah.

Sementara itu Daniel Tanamal (27) wartawan media lokal di perumahan Pondok Gede Bekasi menegaskan, jalan sering rusak karena pemeliharaannya jalan yang masih sering terlambat. Jalanan di Jakarta usia ketahanannya 10-15 tahun. Perawatan jalan tidak secara berkala menjadikan jalan cepat rusak.

“Pemeliharaannya kadang terlambat, tunggu rusak parah baru diperbaiki. Kualitasnya jalan jadi berdampak. Dari mulai campuran bahan dasar, pemadatan lapisan jalanan biasanya tidak sempurna, jadinya kalau terendam air hujan, cepat rusak,” jelas Daniel.

Permainan

Dia tidak tahu jika jalan rusak karena adanya permainan proyek perbaikan jalan atau tidak, menurutnya itu merupakan pekerjaan Dinas PU. Namun, Daniel menambahkan, bisa saja terjadi korupsi. Desember lalu kepala Dinas PU korupsi proyek peninggian jalan bekerja sama dengan kontraktornya di Kebumen.

Dia menyarankan agar meningkatkan kualitas pembuatan jalan, dan pemeliharaan jalan secara berkala dan proyek pembangunan jalan itu seharusnya lebih transparan dan diketahui oleh masyarakat. Jadi saat membayar pajak masyarakat tahu dan seharusnya ada timbal balik dari pembayaran pajak tersebut, sehingga masyarakat dapat merasakan hasilnya  dari bayar pajak itu.

Korupsi? Gak Tahu Ah

Gito (52) yang berprofesi sebagai sopir keluarga menyatakan bahwa jalan sering sekali diperbaiki. Namun, tidak berapa lama jalanan tersebut kembali bergelombang. “Ya mungkin konstruksinya kurang bagus, saya juga jarang lewat situ. Saya lebih memilih lewat atas,” kepada satuharapan.com ia mengomentari jalan di bawah Jalan Layang Kalibata. “Sekarang yang jalan samping itu kan sedang diperbaiki, tapi untuk apa nggak jelas. Kalau dikorupsi ya saya nggak tahu ya.” Dia juga berharap kepada pemerintah kalau yang dipakai untuk transportasi lebih baik menggunakan jalan layang saja dan jalan yang di bawah sebaiknya digunakan untuk putar balik kendaraan.

Lain halnya dengan penjual gorengan, Abdurohman (28). Dia mengaku saat berkeliling di area tersebut minyak yang berada di penggorengan sering tumpah karena melewati jalan berlubang. Pria yang bermukim di kawasan Pengadegan itu berharap agar jalan tersebut diperbaiki untuk kelancaran beraktivitas.

Menurut pengakuan seorang ibu rumah tangga kepada satuharapan.com, Yanti (28) menyatakan bahwa jalanan d bawah jalan layang tersebut sering rusak karena sering dilalui oleh kendaraan berat seperti truk pengangkut yang berasal dari perusahaan air mineral. Dia juga menyatakan bahwa di jalan berlubang tersebut sering terjadi kecelakaan. “Kalau dikorupsi saya nggak tahu, Mbak. Yang saya tahu jalan bagus atau rusak,” kata dia. “Ya kalau untuk pemerintah ya saya minta untuk diperhatikan jalannya, diperhatikan lingkungan kita-kita. Apalagi seperti banjir sekarang ini.”  (Diah, Andre)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home