Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 18:44 WIB | Selasa, 14 April 2015

Sudirman Said Sayangkan di Kementeriannya EBT Terpinggirkan

Sudirman Said (kiri) dan Menteri Perindustrian Saleh Husin (tengah) pada Seminar Indonesia dan Diversifikasi Energi Menentukan Arah Kebijakan Energi Indonesia yang berlangsung di Flores Ballroom, Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (14/4). (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyayangkan saat ini konsep tentang kelangsungan energi dalam jangka panjang jarang dibicarakan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).

"Mereka malah bilang nanti setelah untuk minyak, gas, dan lainnya. Jadi cara dia ngurus budget juga masih agak malu-malu," kata Sudirman dalam Seminar Indonesia dan Diversifikasi Energi Menentukan Arah Kebijakan Energi Indonesia yang berlangsung di Flores Ballroom, Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (14/4).

Sudirman heran bahwa masalah energi terbarukan seperti terkonsep dalam Kebijakan Energi Nasional yang dirumuskan Dewan Energi Nasional jarang mendapat perhatian. Menteri kelahiran Brebes, Jawa Tengah ini  menceritakan ketika Kementerian ESDM mendapatkan tambahan anggaran sekitar Rp 5 triliun dalam APBN Perubahan 2015, dia bertanya pada direktorat bersangkutan (EBTKE) kemungkinan anggaran itu untuk pengembangan EBT dan konservasi energi, namun dia tidak melihat ada usaha atau effort dari direktorat yang bersangkutan.

“Kalau kita berbicara energi selama bertahun-tahun kalau saya perhatikan apalagi setelah saya masuk ke pemerintahan, secara tidak sadar kita mereduksi arti energi menjadi sangat sederhana seolah-olah energi urusannya adalah harga BBM, dan banyak ruang sidang beruursan dan banyak demonstrasi dengan kenaikan BBM, masalah energi begitu besar, tetapi kita hanya ngomongin harga BBM,” mantan Direktur Utama PT. Pindad (Persero) itu menambahkan.

 Sudirman menambahkan pemerintah ke depan akan berfokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).  "Saya kira kita ke depan harus menempatkan EBT sebagai mainstream," kata Sudirman.

EBT menurut Sudirman sebagai mainstream karena  Indonesia mengimpor BBM tetapi masih kaya cadangan migas (minyak dan gas).

“Itu pola pikir kita yang salah sejak 2008 kita akan menjadi importir, paradoks yang kedua kita alami saat ini kita impor migas tetapi tidak pernah serius membangun infrastruktur, paradoks ketiga cadangan migas tidak pernah naik-naik tetapi tidak pernah mendorong eksplorasi, kita habis-habisan mensubsidi energi yang akan habis ini, dan ya itu tadi kita tidak pernah kepikiran sedikit pun tentang energi terbarukan,” Sudirman mengakhiri.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home