Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 06:15 WIB | Rabu, 28 Oktober 2015

Sumpah Pemuda Tonggak Sejarah Bangsa Indonesia

Mayor Infantri Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Endang Saputera)

TANGERANG, SATUHARAPAN.COM – Mayor TNI Agus Harimurti Yudhoyono menilai, Hari Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia yang  harus  terus diperihara semangatnya sampai kapan pun.

“Walau zaman sudah berubah menjadi semakin modern yang begitu pesat kemajuan teknologi di bidang komunikasi, informasi, transportasi, dan lain sebagainya,” kata Agus saat berbincang dengan satuharapan.com di Danyonif Mekanis 203/Arya Kemuning, Tangerang, hari Selasa (20/10).

Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning ini mengatakan nilai-nilai  Sumpah Pemuda tetap dan selalu relavan  sampai kapan pun. Bahwa bangsa Indonesia, majemuk dari sisi geografi.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang majemuk dari sisi geografi. Kita termasuk bangsa terbesar di Asia Tenggara. Dari jumlah penduduk atau geografi, kita nomor empat di dunia. Lebih unik lagi, adalah keberagaman bangsa Indonesia dari Sabang sampai Maruke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Nah, ini perlu dijaga dalam sebuah semangat kebersamaan soliditas,” kata dia.

“Kita punya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, makanya Sumpah Pemuda yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, semua itu harus disikapi dari propestif yang luas bukan sempit,” dia menambahkan.

Dengan demikian, kata Agus, soal nasionalisme itu tidak boleh diartikan secara sempit, karena di era globalisasi ini kalau mengartikan nasionalisme secara sempit, bangsa ini akan digilas kemajuan zaman. Tetapi, bangsa ini mempunyai karakter Satu Nusantara, yaitu Indonesia.

“Bangsa kita walau berbeda-beda suku bangsa, tapi satu Indonesia. That is our identity. Identitas kita satu bahasa, yaitu mempersatukan kita.”

“Ada beragam jenis bahasa dan dialek di negeri ini, tapi kita punya bahasa Indonesia. Bukan setelah itu kita tolak bahasa Inggris, tolak budaya asing. Tidak demikian. Karena sekali lagi kita hidup dalam rezim globalisasi yang meniscayakan bangsa kita untuk bisa mengekpose dirinya terhadap berbagai peluang, termasuk tantangan global saat ini. Jadi kita bersatu di dalam, kompak di dalam, supaya bisa meraih peluang di luar. Begitu juga harus semangat, bagaimana kita menyikapi Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa,” kata dia.

Jangan Tinggalkan Tradisi

Agus setuju generasi muda belajar ke luar negeri, “Mengapa tidak? Tetapi harus positif, harus tetap mengakar dengan nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa Indonesia.”

Belajar dapat dilakukan di mana saja. Agus berpendapat tidak ada salahnya mengadopsi yang bagus, namun harus tetap mengakar dengan nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa Indonesia yang luhur yang tentu unggul.

Mengikuti perkembangan zaman adalah keniscayaan. Jika dulu dikenal semboyan “merdeka atau mati”, seiring perkembangan zaman, menurut Agus, kini semboyan itu menjadi “berubah atau mati”, kalau kita tidak berubah terus mengikuti perkembangan zaman.

Berubah, Agus mengingatkan, bukan berarti karakter kita berubah. Tetapi, berubah untuk melihat perkembangan situasi untuk ikut bisa berkompetisi dengan yang lain kalau ingin menjadi bangsa yang unggul. “Bangsa pemenang di abad ke-21, dan tentu punya cita-cita yang besar,” kata bapak satu anak ini.

Agus mengatakan masih ada waktu tiga dekade untuk mencapai status atau situasi bangsa yang diharapkan, yakni Indonesia yang adil, maju, makmur, dan sejahtera. Dan, demi mencapai harapan itu, dibutuhkan generasi muda. Di negara mana pun, bangsa mana pun, generasi muda itu tulang punggung dari kemajuan bangsa, menurut Agus.

Indonesia, menurut pandangan lulusan Harvard University ini, telah mengalami fase-fase sejarah yang juga dimotori oleh generasi muda, sejak tahun 1945. Ia mencontohkan Panglima Besar Sudirman yang berusia 30-an tahun, demikian juga pemimpin politik pada era-era berikut pun masih berusia muda, bahkan ketika reformasi tahun 1997-1998 juga bergulir. “Sampai akhirnya kita benar-benar menjadi negara demokratis, itu tidak mungkin tidak terjadi tanpa generasi muda bergerak pada waktu itu,” kata dia.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home