Loading...
INDONESIA
Penulis: Equivalent Pangasi 19:41 WIB | Selasa, 22 April 2014

Survei LSI: Masyarakat Tidak Tahu Program Capres 2014

Survei LSI: Masyarakat Tidak Tahu Program Capres 2014
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mengadakan konferensi pers Analisis Survei Nasional Pasca Pemilu Legislatif pada Selasa (22/4) di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur. (Foto-foto: Equivalent Pangasi)
Survei LSI: Masyarakat Tidak Tahu Program Capres 2014
Ardian Sopa sebagai perwakilan tim riset LSI mengungkapkan hasil survei bahwa mayoritas masyarakat tidak mengetahui program yang diusung masing-masing capres.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 63,80 persen dari 1.200 warga yang menjadi responden dalam quick poll (survei cepat) Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tidak mengetahui program calon presiden (capres) 2014.

Hasil survei cepat tersebut dipaparkan Ardian Sopa—perwakilan tim riset LSI—pada konferensi pers Analisis Survei Nasional Pasca Pemilu Legislatif, Selasa (22/4) di kantor LSI, Jakarta Timur. Dalam pemaparannya, Ardian menjelaskan bahwasanya hanya 18,90 persen responden yang mengetahui program capres, sedangkan 17,30 persen sisanya memilih untuk tidak menjawab.

Survei cepat yang dilakukan pada 15-18 April 2014 itu menggunakan metode multistage random sampling terhadap 1.200 responden di 33 provinsi. Selain menggunakan metode kuantitatif, LSI juga menggunakan metode kualitatif dengan metode analisis media nasional, focus group discussion di tujuh ibu kota provinsi besar, in depth interview, dan informasi tambahan dari buku “Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi” karya Denny JA yang diluncurkan bersamaan dengan konferensi pers analisis survei.

Hasil survei cepat tersebut menunjukkan bahwa ketidaktahuan atas program capres 2014 tersebut merata di seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan, laki-laki maupun perempuan, berpendidikan tinggi maupun rendah, dan berstatus ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah.

Perempuan Lebih Tidak Tahu Program Capres

Dalam pemaparannya, tim riset yang diwakili oleh Ardian mengatakan bahwa responden perempuan lebih banyak yang tidak mengetahui program capres dibandingkan dengan responden laki-laki. Ardian mengemukakan bahwa perempuan lebih tidak mengetahui program capres karena pada umumnya yang lebih peduli untuk mendiskusikan dan mengakses berita-berita politik adalah laki-laki.

Sayang, pemaparan mengenai lebih banyaknya perempuan yang tidak mengetahui program capres dibandingkan laki-laki itu tidak disertai data yang menunjukkan persentase perbandingan kedua subjek penelitian.

Masyarakat Desa Lebih Tidak Tahu Program Capres

Berdasarkan hasil survei cepat, disimpulkan bahwa masyarakat pedesaan lebih tidak mengetahui program capres dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Persentase masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui program capres adalah sebesar 68,50 persen. Sementara itu, masyarakat perkotaan yang tidak mengetahui program capres adalah sebesar 55,80 persen.

Meskipun dikatakan masyarakat perkotaan lebih sedikit yang tidak mengetahui program capres dibandingkan dengan masyarakat perdesaan, namun persentasenya masih di atas 50 persen. Maka tim riset menyimpulkan bahwa baik di pedesaan maupun di perkotaan, masyarakat yang tidak mengetahui program capres lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan masyarakat yang mengetahui.

Namun demikian, kekurangan dari survei cepat yang dilakukan terhadap masyarakat pedesaan dan perkotaan tersebut adalah tidak tersedia data dan pemaparan jumlah subjek penelitian atau responden di masing-masing populasi, yaitu apakah jumlah responden di pedesaan sama banyaknya dengan responden di perkotaan.

Oleh karena itu, hasil survei tersebut belum dapat menyimpulkan bahwa masyarakat pedesaan lebih tidak mengetahui program capres dibandingkan dengan masyarakat perkotaan karena jumlah respondennya belum jelas.

Semakin Rendah Status Ekonomi, Semakin Rendah Pengetahuan

Survei cepat yang dilakukan selama empat hari tersebut menunjukkan sebanyak 70,10 persen masyarakat dengan status ekonomi menengah ke bawah tidak mengetahui program capres. Sementara itu masyarakat dengan status ekonomi menengah yang tidak mengetahui program capres adalah sebanyak 60,25 persen dan masyarakat dengan status ekonomi menengah ke atas yang tidak mengetahui program capres adalah sebanyak 40,80 persen.

Berdasarkan hasil tersebut, tim riset menyimpulkan bahwa semakin rendah status ekonomi masyarakat, maka akan semakin rendah pula pengetahuan mengenai program yang diusung oleh para capres.

Namun sama seperti survei berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotaan, survei berdasarkan status ekonomi itu lemah dari segi ketersediaan data jumlah responden dari masing-masing populasi. Dalam pemaparan, tim riset tidak menjelaskan apakah jumlah responden dari status ekonomi menengah ke bawah sama banyaknya dengan status ekonomi menengah dan ekonomi menengah ke atas.

Semakin Rendah Tingkat Pendidikan, Semakin Rendah Pengetahuan

Tim riset membagi subjek penelitian berdasarkan pendidikan menjadi tiga tingkat, yaitu tamatan SD atau lebih rendah, tamatan SLTP atau lebih rendah, tamatan SLTA atau lebih rendah, serta tamatan perguruan tinggi atau pernah kuliah.

Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 72,00 persen masyarakat tamatan SD atau lebih rendah tidak mengetahui program capres. Masyarakat tamatan SLTP atau lebih rendah yang tidak mengetahui program capres adalah sebanyak 68,00 persen. Kemudian masyarakat tamatan SLTA atau lebih rendah yang tidak mengetahui program capres adalah sebanyak 65,50 persen. Sedangkan masyarakat tamatan kuliah atau pernah kuliah yang tidak mengetahui program capres adalah sebanyak 50,10 persen.

Berdasarkan hasil survei tersebut, tim riset menyimpulkan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat, maka akan semakin rendah pula pengetahuannya mengenai program yang diusung masing-masing capres.

Namun sama seperti survei berdasarkan kriteria-kriteria sebelumnya, survei berdasarkan tingkat pendidikan itu pun tidak luput dari kekurangan. Tim riset tidak menyediakan data jumlah responden dari masing-masing populasi berdasarkan tingkat pendidikan.

Selain itu, klasifikasi populasi berdasarkan tingkat pendidikan seperti yang dijabarkan tim riset dapat menimbulkan kerancuan. Klasifikasi tamatan SLTP atau lebih rendah dapat diartikan mencakup tamatan SD atau lebih rendah. Klasifikasi tamatan SLTA atau lebih rendah juga dapat diartikan mencakup dua klasifikasi di bawahnya. Demikian pula klasifikasi tamatan perguruan tinggi atau lebih rendah dapat diartikan mencakup tiga klasifikasi di bawahnya.

Kesimpulan Seluruh Survei

Dari keseluruhan hasil survei, tim riset menyimpulkan, “masyarakat yang tinggal di desa, berpendidikan rendah, dan status ekonomi menengah ke bawah, lebih tinggi ketidaktahuannya tentang program capres. Sebaliknya yang tinggal di kota, berpendidikan tinggi, dan berstatus ekonomi menengah ke atas lebih banyak mengakses berita tentang politik, ekonomi, dan pemerintahan dari berbagai media.”

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home