Loading...
SAINS
Penulis: Fung Siauw 14:28 WIB | Senin, 22 April 2013

Tahukah Anda Musik Dapat Membuat Bahagia?

Musik dalam keluarga (Foto: www.Sophienholm.dk)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Tidak ada yang tahu mengapa musik berpengaruh besar terhadap keadaan emosional kita. Namun berkat beberapa peneliti baru-baru ini kami mempunyai jawaban yang menarik.

Mengapa musik membuat kita merasa bahagia? Pada tahun 2001 ahli syaraf Anne Blood dan Robert Zatorre dari McGill University di Montreal memberi jawaban dengan menggunakan gambaran resonansi magnetik menunjukan beberapa orang  mendengarkan musik telah mengaktifkan bagian otak mereka yang disebut limbic dan paralimbic terhubungkan dengan bagian saraf gembira. Seperti halnya ketika kita melakukan hubungan intim atau pada saat mengkonsumsi makanan lezat dan obat-obatan adiktif. Respons tersebut datang dari neurotransmitter yang disebut dopamin. Begitu juga dikatakan oleh DJ Lee Haslam musik adalah obat.

Mengapa demikian? Cukup mudah bagi kita untuk memahami mengapa hubungan intim dan makanan dapat diibaratkan sebagai obat karena kita terus menerus membutuhkan keduanya untuk kelangsungan hidup (beberapa jenis obat dapat memberikan rasa bahagia sesaat). Tapi mengapa justru musik yang tidak memiliki unsur senyawa yang jelas dapat melakukan hal yang sama?

Meski tidak ada orang tahu jawaban sebenarnya namun kami memiliki gambaran mengapa musik dapat membangkitkan intensitas emosional. Pada tahun 1956, seorang filsafat dan komposer Leonard Meyer mengatakan bahwa emosi dalam musik adalah berhubungan dengan apa yang  kita harapkan. Meyer menarik sebuah teory emosional phisikology lama dimana emosional itu timbul ketika kita tidak dapat memenuhi keinginan. Bayangkan saja ketika kita merasa marah atau frustasi dan  meredamnya dengan sebuah rokok atau dengan cinta maka semua akan berakhir manis.

Demikian pendapat Meyer tentang musik. Gelombang suara membuat kita memprediksi akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jika benar maka otak akan memberi respon, seperti yang kita lihat pada gelombang dopamin. Konsistensi gelombang bergerak antara harapan dan hasil menghidupkan perasaan emosional yang menyenangkan.

Mengapa kita harus perduli? Meski perkiraan  belum tentu benar dan juga bukan berarti kita harus percaya sepenuhnya akan hal tersebut. Seorang musikolog David Huron dari Ohio State University berpendapat hal itu mungkin saja terjadi. Dengan membuat prediksi tentang lingkungan sekitar, menafsir atas apa yang  dilihat, didengar dan kita katakan berdasarkan informasi yang bersifat parsial. Dengan melibatkan emosional dalam antisipasi dapat menghasilkan ide yang baik. Pada zaman dahulu di padang rumput Afrika  nenek moyang kita tidak memiliki pemikiran demikian terhadap suara – suara binatang yang berbahaya. Ketika mendengar sebuah lengkingan, mereka tidak tahu apakah itu hanya suara seekor monyet hutan yang jinak atau suara seekor singa yang buas. Dengan pemikiran yang logis dan mengambil jalan pintas pada sistem limbic pada otak yang masih primitif, mengontrol emosi ke prosesi mental  suara, memacu adrenalin untuk beraksi keluar dari tempat berbahaya tersebut.

Kita semua tahu bahwa musik memiliki kontak langsung dengan emosi kita. Contoh ketika kita menyaksikan film sentimentil  secara tidak sadar kita menangsi bahkan sampai mata bengkak. Meskipun  otak logis kita sadar bahwa ini hanya sebuah manipulasi. Kita tidak dapat mengabaikan begitu saja hal tersebut. Seperti juga pada musik Mozart Sonata. ”Alam cenderung memberi ide cemerlang bagi para musisi” kata Huron. Komposer dapat menggunakan bagian dari alam yang dapat membangkitkan emosi  bahkan dari bagian yang sangat membahayakan sekalipun.

Sumber: bbc

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home