Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:46 WIB | Rabu, 15 Januari 2014

Terjadi Pelanggaran HAM Berat di Afrika Tengah

Warga Republik Afrika Tengah mengungsi di fasilitas bandar udara di ibu kota, bangui, akibat konflik sektarian di negara itu. (Foto: un.org)

BANGUI, SATUHARAPAN.COM -  Badan hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat  adanya gelombang pelanggaran hak asasi manusia  di Republik Afrika Tengah (CAR). Dalam laporan yang dipublikasikan hari Selasa (14/1) tercatat  pada bulan lalu terjadi pelanggaran berbentuk pembunuhan di luar hukum, kekerasan seksual, mutilasi, dan penghilangan paksa.

Pemerkosaan, kata laporan itu, dilakukan  secara terencana terhadap  warga sipil berdasarkan agama mereka, serta  serangan terhadap tempat  ibadah termasuk  pelanggaran didokumentasikan oleh tim empat orang dari Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR). Tim ini mengunjungi  Republik Afrika tengah  12-24 Desember lalu.

Ribuan orang meninggal dan hampir  sejuta orang meninggalkan rumah mereka dalam beberapa pekan terakhir di CAR. Serangan bersenjata antara milisi Muslim ex Séléka dan milisi Kristen anti Balaka juga terus meningkat secara signifikan.

OHCHR mengatakan bahwa meskipun jumlah bentrokan sedikit berkurang dalam beberapa hari terakhir, sekitar 40 orang dilaporkan meninggal di ibu kota, Bangui, sejak Jumat pekan lalu. Penculikan, mutilasi dan penjarahan juga meluas, termasuk di bagian lain negara itu.

"Meskipun ada beberapa upaya rekonsiliasi di Bangui, situasi tetap tidak stabil dan berbahaya," kata Komisaris Tinggi OHCHR, Navi Pillay. "Tanpa intervensi serius, serangan lebih lanjut, termasuk pelanggaran besar-besaran seperti yang terjadi pada 5 Desember mungkin kembali terjadi."

Temuan Tim

Tim tersebut mendokumentasikan berbagai pembunuhan ekstra-yudisial yang dilakukan di Bangui pada 5 dan 6 Desember, setelah peluncuran serangan terkoordinasi oleh pasukan anti  Balaka. Selama bentrokan, pasukan anti  Balaka membunuh anggota pasukan mantan Séléka,  tetapi juga warga sipil Muslim yang sengaja dijadikan target, termasuk perempuan dan anak-anak.

Selama aksi pembalasan, pembunuhan ekstra-yudisial juga dilakukan oleh pasukan mantan Séléka. Kelompok mantan Séléka dilaporkan mengeksekusi  warga  sipil, termasuk anak laki-laki di kamp Kassai. Mereka  juga mencari laki-laki  di rumah sakit, termasuk pasien yang terluka parah dan mengeksekusi.

Menurut saksi mata, penduduk Muslim lokal ikut serta dalam pembunuhan dan penjarahan, misalnya di lingkungan yang dikenal sebagai PK12 dan PK23. Di sana sekelompok orang yang mengenakan seragam militer, bersama dengan Muslim Peul sipil memasuki tempat tinggal sipil, diduga memisahkan laki-laki dari perempuan dan membunuh mereka.

Tim juga mencatat kasus serangan terhadap tempat-tempat ibadah yang melibatkan milisi  anti Balaka yang menyerang masjid di Fouh District. Di kawasan itu sekitar 200 anti  Balaka dilaporkan menyerang dan membakar masjid, membunuh dan memutilasi beberapa orang.

Dibahas di Dewan HAM

Sejak akhir fase pertama pertempuran sengit pada 5-6 Desember, bentrokan sporadis terus terjadi. "Pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang berat meluas dan disorot dalam temuan-temuan awal. Hal itu menunjukkan perlunya tindakan mendesak dan akuntabel," kata Pillay.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB merencanakan mengadakan sesi khusus tentang situasi di CAR pada 20 Januari di Jenewa, di mana Komisaris Tinggi akan memberikan laporan lengkap tentang temuan timnya, serta  perkembangan situasi hak asasi manusia di negara itu. (un.org)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home