Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:24 WIB | Rabu, 27 Mei 2020

Tim Peneliti China Pelajari Zona Iklim Optimal untuk COVID-19

Para tenaga medis mengantre untuk menyerahkan sampel tes asam nukleat untuk COVID-19 di pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Distrik Fengman, Kota Jilin, Provinsi Jilin, China timur laut, pada 17 Mei 2020. (Foto: Antara/Xinhua/Yan Linyun)

BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Tim peneliti China telah menemukan, lebih dari setengah kasus terkonfirmasi penyakit virus corona baru (COVID-19), terjadi di tempat-tempat dengan suhu udara antara lima hingga 15 derajat celsius.

Para peneliti dari Universitas Lanzhou berharap dapat mempelajari parameter lingkungan di mana SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, dapat bertahan hidup guna memahami pola penyebarannya di seluruh dunia.

Mereka menyelidiki dampak suhu lingkungan sekitar pada penyebaran COVID-19 di seluruh dunia, menurut artikel penelitian terbaru mereka yang diterbitkan dalam jurnal Science of The Total Environment.

Hubungan antara kasus terkonfirmasi harian COVID-19, dan kondisi meteorologi termasuk suhu dan kelembapan dipelajari berdasarkan data dari sekitar 3,75 juta kasus terkonfirmasi COVID-19 secara global di 185 negara, dan kawasan dari 21 Januari hingga 6 Mei.

Mereka menemukan bahwa tempat-tempat bersuhu mulai dari lima hingga 15 derajat celsius melaporkan 60 persen dari kasus terkonfirmasi COVID-19. Selain itu, sekitar 73,8 persen dari kasus terkonfirmasi terkonsentrasi pada kawasan-kawasan dengan kelembapan absolut mulai dari tiga hingga 10 gram per meter kubik.

Temuan mereka menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 tampaknya menyebar ke arah garis lintang yang lebih tinggi dan menyatakan bahwa terdapat zona iklim optimal di mana konsentrasi SARS-CoV-2 secara nyata meningkat di lingkungan sekitar termasuk permukaan benda.

Penyebaran wabah COVID-19 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Para peneliti itu menyelidiki faktor-faktor alami yang mempengaruhi pandemi tersebut.

Mereka memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 dapat menyebar secara siklis (berulang) dan wabah dapat kembali terjadi di kota-kota besar di garis lintang tengah pada musim gugur 2020. "Kita tidak dapat mengandalkan spekulasi bahwa wabah COVID-19 akan berhenti seiring meningkatnya suhu," kata Huang Zhongwei, penulis pertama artikel penelitian itu. (Xinhua/Ant)

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home