Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 03 Mei 2014

Tinggal Sertaku

Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – ”Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam!” (Luk. 24:29). Demikian permohonan kedua murid itu kepada orang yang menemani mereka sepanjang jalan ke Emaus. Lukas mencatat, kedua orang itu sangat mendesak orang asing itu untuk menginap.

Mengundang seorang asing bukan perkara biasa. Bisa-bisa orang asing itu malah akan merampok mereka. Tetapi, kedua orang itu tampaknya percaya kepada orang asing itu. Mereka memperhatikan nasibnya. Mereka peduli. Mereka agaknya telah membuang semua prasangka buruk yang melintas dalam benak. Mereka mengundang orang asing itu karena hari telah menjelang malam.

Jika mengundang orang untuk tinggal bersama, kita pun harus rela membagikan apa yang kita miliki: ruang tamu, makanan dan minuman, bahkan pribadi kita. Bukankah dalam budaya kita pun ada pemahaman bahwa tamu adalah raja? Dengan kata lain, mengundang orang berarti siap memberi yang terbaik.

Tak heran, jika dalam setiap perhelatan, misalnya acara perjamuan kawin, pemimpin acara, dalam sambutannya, biasanya atas nama tuan rumah meminta maaf jika pelayanan mereka kurang menyenangkan. Kepuasan hati tamu merupakan hal utama.

Atau kemungkinan lainnya, mereka sungguh-sungguh ingin ditemani orang asing itu. Mereka telah merasakan bagaimana orang asing itu membuat hati mereka berkobar-kobar sepanjang perjalanan.

Bahkan ketika orang asing itu menegur kebodohan mereka berkait kebangkitan Yesus, mereka pun tidak merasa sakit hati. Bisa jadi karena mereka merasakan bahwa teguran itu sungguh berdasar dan penuh kasih.

Kedua murid itu agaknya ingin tetap merasakan persekutuan dengan orang asing itu. Dan pada titik itulah, mereka sungguh merasakan persekutuan sejati karena orang asing itu adalah Yesus sendiri.

Berdasarkan kisah dua orang murid itu, Henry Francis Lyte, pada 1847, mengarang syair yang masih dinyanyikan umat percaya hingga kini: Tinggal sertaku; hari t’lah senja. G’lap makin turun, Tuhan, tinggallah! Lain pertolongan tiada kutemu: Maha Penolong, tinggal sertaku! (Kidung Jemaat 329:1).

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home