Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 19:57 WIB | Sabtu, 11 Oktober 2014

Trade Expo Indonesia untuk Menyambut MEA

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menteri Perdagangan M. Luthfi (kanan) melihat mesin mobil di anjungan Toyota saat membuka Trade Expo Indonesia (TEI) ke 29 di Jakarta, Rabu (8/10). Pameran dagang internasional terbesar di Indonesia tersebut berlangsung 8-12 Oktober 2014 dengan mengusung tema "Towards Green Business" yang bertujuan mempromosikan keanekaragaman produk dan jasa Indonesia yang berwawasan lingkungan. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 151 pengusaha Malaysia berkesempatan mengikuti pameran "Trade Expo Indonesia (TEI) 2014", yang diselenggarakan di Jakarta International Expo Kemayoran, 8-12 Oktober 2014.

KBRI Kuala Lumpur, Sabtu (11/10) menyebutkan, rombongan pengusaha asal Malaysia yang umumnya adalah peserta baru dalam TEI 2014 dan umumnya mereka menyatakan kekaguman atas penyelenggaraan TEI 2014.

Dato Maznah Bt Abdul Hamid, yang dikenal sebagai salah satu pebisnis besar di Malaysia mengaku tertarik dengan beragam produk berkualitas dari Indonesia yang ada di TEI 2014 dan sejumlah produksi yang diminatinya terutama makanan olahan (processed food).

Ia berharap produk-produk yang dipamerkan dapat lebih ditingkatkan lagi kualitasnya di masa mendatang agar dapat bersaing dengan produk dari negara lain terutama Tiongkok, Thailand dan Filipina.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno, yang memimpin langsung delegasi pengusaha Malaysia berharap, melalui TEI ini akan semakin banyak kesepakatan bisnis yang dapat dijalin oleh para pengusaha kedua negara.

Di sela-sela TEI 2014, Delegasi Malaysia melakukan kunjungan kehormatan kepada Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional (KPI), Bachrul Chairi.

Rombongan pengusaha Malaysia tersebut juga mengikuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara TEI 2014, antara lain Trade & Investment Forum yang dihadiri oleh Menteri Perdagangan dan Kepala BKPM serta business matching.

Selain itu, KBRI Kuala Lumpur juga mengajak mereka melakukan kunjungan ke beberapa pusat industri seperti Sariayu Martha Tilaar dan pabrik garmen di Bandung.

Para pebisnis Malaysia ini juga dipertemukan dengan pengusaha Indonesia yang bernaung di dalam KADIN DKI, Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) dalam kegiatan Welcoming Dinner & Business Matching.

"Trade Expo Indonesia" merupakan ajang promosi produk Indonesia tahunan terbesar yang mempertemukan para pengusaha Indonesia dengan pebisnis mancanegara.

Sekitar 14.200 pebisnis dari dalam dan luar negeri berpartisipasi dalam TEI 2014 ini. Delegasi Malaysia merupakan salah satu yang terbesar di samping delegasi Nigeria, India, Arab Saudi dan Bangladesh.

Para pebisnis Malaysia berasal dari berbagai bidang usaha mulai dari retail, makanan, alat berat sampai persenjataan. Bagi Malaysia, saat ini Indonesia merupakan mitra dagang terbesar ke-8.

Kedua negara menetapkan target total nilai perdagangan sebesar USD 30 milliar pada tahun 2015.

600 Perajin Batik Tulis Siap Hadapi MEA

Sebanyak 600 perajin batik tulis di Wukirsv ari Imogiri Bantul Jogyakarta, menyatakan siap menghadapi persaingan pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, karena produk tradisional ini memiliki ciri khas tersendiri.

"Kami tidak kuatir akan persaingan pasar bebas nanti, karena kualitas dan batik tulis tradisional yang sulit ditiru produk lainnya," kata perajin Batik Suka Maju Wukirsari Imogiri Bantul Jogyakarta, Agus Basuki di Pameran Trade Expo Indonesia 2014, Jakarta, Sabtu.

"Selama ini, pembeli dari luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, Afrika dan negara lainnya yang datang membeli langsung hasil batik perajin, sehingga perajin tidak perlua kuatir pada pasar bebas nanti," ujarnya.

Saat ini, kata dia, permintaan batik tulis pasar internasional didominasi dari pasar Jepang yang mencapai 100 lembar per bulan, Amerika Serikat 50 lembar per bulan, Afrika sebanyak 50 lembar per bulan dan pasar Belanda sebanyak 50 lembar perbulan dan pasar negara lainnya.

"Selama ini, pangsa pasar batik tulis ini dari kalangan ekonomi menengah ke atas, karena harga batik ini cukup tinggi dari Rp300 ribu per lembar hingga Rp10 juta per lembar tergantung jenis motif batik yang diminati konsumen," ujarnya.

Demikian juga, perajin batik tulis Kota Mojokerto, Bu Dar, menyatakan MEA tidak mempengaruhi usahanya yang telah ditekuni secara turun temurun tersebut.

"MEA tidak masalah, karena sejak 2000 hingga saat ini pemasaran batik tulis lebih banyak dipasarkan di pasar luar negeri," ujarnya.

Bahkan sebaliknya, kata dia, diberlakukannya MEA ini malah akan menguntung para perajin batik tulis, karena pengusaha akan lebih bebas membeli berbagai produk batik tulis yang bermotif unik misalnya, wayang, sekar jagad, sido asih, wahyu temurun, teripang, truntum dan lainnya.

"Pengerjaan satu helai kain batik tulis bisa mencapai satu hingga dua bulan tergantung motif dan tingkat kesulitan motif tersebut," ujarnya.

Sementara itu, kata dia, permodalan usaha batik tulis cukup karena bahan baku masih berlimpah dengan harga yang cukup terjangkau.

"Untuk memperoleh modal di perbankan cukup mudah, pihak bank siap memberikan berapapun pinjaman yang dibutuhkan perajin, namun demikian, perajin enggan untuk memanfaatkan akses permodalan dari perbankan tersebut," ujarnya.

Menurut dia, perajin kurang berminat memanfaatkan akses permodalan di perbankan tersebut karena tidak mau terbebani membayar cicilan pinjaman di bank tersebut.

"Untuk menghasilkan batik tulis yang berkualitas, perajin perlu suasana hati, pikiran yang tenang, jika perajin diburu hutang tentu hasil batik kurang baik," ujarnya.

Wamendag Ajak Masyarakat Konsumsi Kopi Dalam Negeri

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengajak masyarakat Indonesia untuk terus mengonsumsi kopi yang dihasilkan petani dalam negeri.

"Kopi Indonesia memiliki keunggulan dalam rasanya, sehingga masyarakat sebaiknya terus konsumsi kopi dalam negeri," kata Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, biji kopi hasil tanam petani Indonesia menduduki peringkat tiga terbanyak dunia di dalam perdagangan internasional.

Selain itu, kualitas kopi Indonesia juga termasuk yang diperhitungkan dalam perdagangan tersebut.

Oleh karena itu, masyarakat harus bangga pada hasil alam Indonesia itu, dengan mendukung perkembangannya di dalam negeri, salah satunya mengonsumsi makanan dan minuman hasil negeri sendiri.

Dengan diadakannya lelang kopi di Jakarta Internasional Expo, melalui acara Trade Expo Indonesia 2014 di Jakarta, ia berharap sumber daya Indonesia yang mulai banyak digemari oleh anak muda ini kelak dapat mengalahkan Brazil dan menjadi nomor satu di dunia.

"Dengan adanya lelang ini, semoga Indonesia dapat menjadi penghasil kopi spesial yang terbaik di dunia," kata Bayu.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan telah mengadakan lelang Kopi Indonesia yang diikuti 29 petani kopi dalam negeri.

Acara lelang kopi ke tiga ini, juga dihadiri oleh 80 peminat Kopi Indonesia dari dalam dan luar negeri.

Pelaku UKM: TEI Ajang Pembelajaran Sambut MEA

Para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), menyatakan pameran Trade Expo 2014 merupakan ajang pembelajaran untuk meningkatkan kualitas produk dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

"Dengan adanya pameran berstandar internasional dimulai Rabu (8/10) hingga Minggu (12/10) sangat bermanfaat dan membantu pelaku UKM untuk meningkatkan daya saing produk," kata perwakilan usaha kecil menengah (UKM) Babel, D. Mahendra Djusman di Trade Expo Indonesia 2014, Jakarta, Sabtu.

TEI 2014 yang bertema `Towards Green Business` diikuti sekitar 2.000 peserta pameran dengan target pengunjung sebanyak 10.000 orang. Produk-produk yang dipamerkan terdiri dari komoditas ekspor utama, komoditas ekspor prospektif, dan produk ekspor lainnya.

Selain produk utama dan prospektif, akan ditampilkan pula produk dari bidang jasa dan tenaga kerja terlatih, seperti jasa konstruksi, jasa profesi, dan hospitality.

Ia mengaku, TEI 2014 ke-29 tahun ini banyak pelajaran yang diperoleh, misalnya bagaimana meningkatkan kualitas produk yang menarik, kemasan, pemasaran, manajemen pengelolaan produk yang baik, higienis dan lainnya.

"Dengan adanya pameran ini, produk lokal yang dipamerkan diketahui investor nasional dan internasional, bahkan ada sebagian investor atau pengusaha yang berminat berinvestasi mengembangkan atau membeli produk lokal seperti kain cual, terasi, kemplang, kerajinan kerang dan lainnya," ujarnya.

Menurut dia, selama ini berbagai hasil kerajinan lokal masih banyak diketahui pasar, sehingga perajin kesulitan memasarkan dan mengembangkan usahanya.

"Perajin paling tidak mendapatkan strategi bagaimana menghadapi dan bersaing pada pasar bebas nanti," ujarnya.

Demikian juga, perwakilan UKM Kalimantan Barat, Rupinah menyatakan, TEI ini sangat membantu perajin untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan pasar global tahun depan.

"Selama ini, kita hanya memasarkan produk kepada agen atau pengumpul di pasar lokal, namun dengan adanya pameran ini perajin bisa bertemu dan berdialog denngan pengusaha nasional dan internasional," ujarnya.

Menurut dia, sebagian besar pengusaha yang berkunjung ke stan Kalimantan Barat sangat meminati hasil kerajinan khas Dayak tersebut dan berkeinginan untuk berimvestasi dan menjalin kerja sama memasarkan hasil kerajinan tersebut.

"Kami senang dan optimis dapat bersaing di pasar bebas nanti, karena pameran ini menjadi ajang perbandingan antara kerajinan yang dihasilkan dengan kerajinan dari daerah lainnya, sehingga kami bisa mengetahui kekurangan kerajinan yang harus ditingkatkan lagi," ujarnya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home