Loading...
Penulis: Sabar Subekti 14:12 WIB | Senin, 28 Desember 2015

Turki Tolak Gabung Kuartet Lawan ISIS di Irak

Erdogan Menyebut Adanya Ancaman Perpecahan di Timur Tengah.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam wawancara dengan Al Arabiya. (Foto: screenshot Al Arabiya)

RIYADH, SATUHARAPAN.COM – Turki menyatakan menolak bergabung dengan kuatet Iran, Irak, Suriah dan Rusia melawan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) di Badghdad. Presiden Turki, Tayyip Erdogan, menyatakan penolakannya karena kehadiran Bashar Asl Assad. 

"Suriah, Iran, Irak dan Rusia membentuk aliansi kuartet di Baghdad dan meminta Turki untuk bergabung, tapi saya mengatakan kepada Presiden (Rusia, Vladimir) Putin bahwa saya tidak bisa duduk bersama presiden yang legitimasi diragukan," kata Erdogan dalam sebuah wawancara dengan media Al Arabiya pada Sabtu (26/12), sebelum kunjungan ke negara itu.

Erdogan mengatakan tawaran untuk bergabung dengan aliansi kuartet datang sebelum hubungan antara Turki dan Rusia hancur, karena jatuh sebuah jet tempur Rusia oleh militer Turki pada 24 November lalu.

Tentang krisis Irak, Erdogan mengatakan pasukan Turki saat ini melatih warga Irak di kamp Bashiqa dekat kota Mosul yang dikuasai Negara Islam Irak dan Levant (ISIL, nama lain NIIS) atas permintaan dan sepengetahuan pemerintah Irak. Namun klaim yang berbeda  dikeluarkan oleh pemerintah Irak.

"Hubungan Irak-Turki baik. Kami membahas perkembangan di Irak selama kunjungan (Perdana Menteri Irak), Haidar al-Abadi ke Turki," kata Erdogan.

"Ketika ISIL memasuki Irak, Irak meminta bantuan kami dan kami mengatakan kepada mereka kami sudah siap. Kami meminta mereka untuk menetapkan tempat yang cocok untuk mendirikan basis kami dan mereka lakukan. Semuanya dimulai pada akhir tahun lalu, dan pada bulan Maret, kami mengalokasikan daerah Bashiqa," katanya.

Ancaman Perpecahan

Erdogan juga meminta negara-negara di kawasan itu untuk bersama-sama mengatasi rancangan konflik sektarian di Timur Tengah yang akan memecah wilayah tersebut. Dia mengatakan ada "perbedaan pendapat" antara Turki dan Iran atas isu-isu regional.

"Ada perbedaan pendapat antara Turki dan Iran, tapi saya tidak ingin kesenjangan ini mempengaruhi hubungan bertetangga yang baik ... sektarianisme tidak harus meminta kita untuk menjadi musuh; Islam harus menjadi acuan kami," kata Erdogan.

"Ada niat di dunia untuk memecah kami dan kami perlu untuk bergabung dengan upaya kami bersama-sama. Lihatlah apa yang terjadi di Irak, Suriah, Palestina dan Libya ... kita harus mengatasi masalah ini, dan jika kita berhasil melakukannya, dunia Islam akan lebih kuat," kata dia.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home