Loading...
RELIGI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 13:07 WIB | Rabu, 09 Maret 2016

Umat Hindu Tapa Brata Penyepian

Umat Hindu Tapa Brata Penyepian
Umat hindu mengikuti pawai ogoh-ogoh di Benteng Kuto Besak, Palembang, Sumsel, Selasa (8/3). Pawai ogoh-ogoh itu merupakan rangkaian prosesi menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938. (Foto-foto: Antara)
Umat Hindu Tapa Brata Penyepian
Sejumlah umat Hindu mengarak ogoh-ogoh di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (8/3). Pawai ogoh-ogoh yang melewati sejumlah ruas jalan itu adalah rangkaian dari prosesi menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938.
Umat Hindu Tapa Brata Penyepian
Sejumlah umat Hindu memercikkan air suci saat ritual upacara Tawur Kesanga di Lapangan Puputan Badung, Kota Denpasar, Selasa (8/3). Upacara yang digelar sehari menjelang Hari Raya Nyepi tersebut bermakna untuk penyucian alam sekaligus menetralisir hal-hal negatif agar pelaksanaan Nyepi dapat berlangsung hening.
Umat Hindu Tapa Brata Penyepian
Sejumlah penumpang bersiap menaiki perahu boat tujuan Pulau Nusa Penida di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (8/3). Menjelang Hari Raya Nyepi tahun Caka 1938, terjadi kenaikan jumlah penumpang yang melakukan perjalanan mudik ke Pulau Nusa Penida dengan menggunakan jasa perahu boat dari Pantai Sanur.
Umat Hindu Tapa Brata Penyepian
Petugas membenahi salah satu bangunan di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta yang terletak di kaki Gunung Salak, Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/3). Berbagai persiapan dilakukan di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta untuk menyambut Hari Raya Nyepi yang akan diperingati umat Hindu pada 9 Maret 2016 mendatang.
Umat Hindu Tapa Brata Penyepian
Umat Hindu menyiapkan berbagai sesaji pada ritual Melasti untuk menyambut Hari Raya Nyepi, di Pantai Marina Semarang, Jateng, Minggu (6/3). Ritual Melasti diikuti ratusan umat Hindu bertujuan untuk membersihkan diri dan jiwa dari segala bentuk perbuatan buruk pada masa lalu serta memohon kepada Sang Hyang Widhi agar diberikan kekuatan saat melaksanakan Nyepi.

DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Umat Hindu melaksanakan Tapa Brata dengan mengurung diri, pantang melakukan beberapa hal, dan melakukan introspeksi diri selama 24 jam sejak pukul 06.00 pagi (9/3) ini sampai pukul 06.00  besok.

Pulau Bali yang biasanya ramai dengan berbagai kegiatan wisata senyap saat umat Hindu hening melaksanakan Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1938.

Selama Tapa Brata Penyepian, mereka melakukan apa yang disebut amati karya (tidak bekerja dan melakukan aktivitas), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tanpa hiburan/bersenang-senang).

Karena Hari Suci Nyepi bertepatan dengan gerhana matahari total, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKAUB) telah bersepakat bahwa umat Islam yang ada di Bali  tetap dapat melaksanakan shalat gerhana di masjid dan mushala terdekat menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana.

Ketua Umum MUI Kota Denpasar Saefudin menambahkan pengurus masjid dan mushala sudah berkoordinasi dengan petugas keamanan desa adat atau pecalang di sekitarnya agar warga bisa melaksanakan shalat gerhana antara pukul 07.30 hingga pukul 09.00 waktu setempat.

Menurut kesepakatan, pengurus masjid dan mushala tidak menggunakan pengeras suara saat shalat dan mereka yang hendak melaksanakan shalat wajib mengenakan busana khas ibadah dan berjalan kaki dari rumah ke masjid terdekat.

Kompleks perumahan Perum-Perumnas Monang-Maning Denpasar, kawasan pemukiman yang dihuni sekitar 2.500 kepala keluarga dari berbagai etnis, menunjukkan toleransi terhadap pelaksanaan Tapa Brata Penyepian umat Hindu.

Jalan dan gang-gangnya sepi, hanya ada beberapa pecalang yang berjaga di ujung gang dan perempatan jalan. 

Pemandangan serupa terjadi di hampir seluruh pelosok pedesaan di Pulau Dewata. 

Wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Bali pun hanya diperkenankan melakukan aktivitas di dalam kawasan hotel tempatnya menginap.

Ketua PHDI Bali mengatakan, majelis lintas agama sebelumnya telah mengeluarkan seruan bersama untuk mendukung pelaksanaan Hari Suci Nyepi tahun baru saka 1938, yang telah disosialisasikan ke 1.480 desa adat (pekraman) dan berbagai komunitas di Pulau Dewata. 

Prajuru desa pekraman dan pecalang bertanggungjawab mengamankan rangkaian pelaksanaan Nyepi di wilayah masing-masing berkoordinasi dengan aparat keamanan terkait.

Berdasarkan pada keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Kementerian Perhubungan dan Surat Edaran Gubernur Bali, Bandara Ngurah Rai dan seluruh pintu masuk ke Pulau Dewata juga ditutup saat Nyepi. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home