Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 08:57 WIB | Selasa, 15 September 2015

Uni Eropa Terus Didesak Buka Perbatasan untuk Pengungsi

Saudara perempuan Abdullah Kurdi, Teema, menyentuh foto para keponakannya yang meninggal tenggelam dalam perjalanan mengungsi ke Eropa. Teema Kurdi melakukan jumpa wartawan di rumahnya di Coquitlam, Kanada, pada Kamis (3/9). (Foto: Darryl Dyck/The Canadian Press/AP)

BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM – Desakan agar negara-negara Eropa membuka perbatasan untuk pengungsi terus dilakukan. Salah satunya, bibi dari balita Aylan Kurdi berusia tiga tahun asal Suriah yang kematiannya di perairan Turki mengundang simpati dunia, mengunjungi Brussels pada Senin (14/9) dan memohon kepada Uni Eropa (UE) mengesahkan rencana darurat guna merelokasi pengungsi.

“Tolong buka hati Anda dan bertindak serta bangkit dengan rencana bersama – itulah alasan saya di sini, untuk menghormati keluarga saudara saya,” ujar Teema Kurdi dalam konferensi pers di luar kantor pusat UE di Brussels.

“Sudah terlambat bagi Aylan, Ghalib dan Rihana, namun belum begitu terlambat untuk ribuan anak dan keluarga mereka yang mempertaruhkan segalanya untuk mencapai tempat perlindungan,” ujar Teema, yang bertolak dari negara asalnya di Kanada.

Saudara Teema yaitu Abdullah Kurdi memakamkan jasad Aylan berusia tiga tahun dan putra lainnya Ghaleb serta istrinya Rihana di Kobane, Suriah yang bergejolak pada 4 September setelah mereka berlayar menuju Eropa dengan sebuah perahu yang berakhir dengan tragedi.

Teema Kurdi berbicara dengan Menteri Luar Negeri Luxemburg Jean Asselborn sebelum dia memimpin pertemuan darurat UE pada Senin malam terkait rencana untuk merelokasi 160 ribu pencari suaka dari Yunani, Hungaria dan Italia.

“Ketimbang memasang pagar pembatas, saya memohon kepada Eropa dan politikus dunia untuk membuka pintu mereka,” kata Kurdi.

Kunjungannya diorganisasi oleh kelompok pendukung Avaaz, yang menyebarkan petisi yang menyerukan tindakan dan ditandatangani sejuta orang.

“Beberapa hal tidak terlihat hebat, namun hal yang tampaknya mustahil dua pekan lalu, dengan semua orang bersatu akibat dampak katalis kematian Aylan, kami sudah melihat perubahan,” ujar direktur kampanye Avaaz Luis Morago.

1.000 Imigran Tiba Di Bavaria Kendati Terdapat Pemeriksaan Perbatasan

Sekitar 1.000 imigran masih tiba di Jerman selatan dari Austria pada Senin (Selasa, 15/9 WIB), meski adanya keputusan yang mengejutkan untuk menerapkan kembali kontrol perbatasan," kata polisi federal Jerman.

Ratusan pengungsi dan imigran masih melintasi perbatasan, meskipun dalam gelombang kedatangan yang lebih lambat dibandingkan sebelum pengumuman kebijakan "U-turn" oleh Berlin pada Minggu (13/9)," kata Juru Bicara Polisi Rainer Scharf kepada AFP di Kota Freilassing, Jerman Selatan.

"Departemen Kepolisian Federal Rosenheim telah mencatat sekitar 1.000 orang tiba sejak tengah malam," katanya pada Senin (14/9), mengacu ke wilayah Bavarian yang berbatasan dengan Kota Salzburg, Austria.

Jerman mengumumkan pemeriksaan terbaru pada Minggu setelah pihak berwenang di ibu kota negara bagian Bavaria Munich mengatakan mereka kewalahan mengatasi gelombang pendatang baru.

Sekitar 63 ribu imigran telah datang dengan kereta api ke stasiun utama di Munich sejak 31 Agustus lalu, termasuk kedatangan 20 ribu lebih imigran dalam dua pekan terakhir.

Scharf menegaskan bahwa sebagian besar datang dari Timur Tengah melalui Turki, Yunani, negara-negara Balkan, Hungaria, dan Austria sebelum tiba di negara dengan perekonomian teratas di Eropa tersebut.

"Sampai saat ini semua orang sedang singgah ke Munich," kata Scharf.

Saat ini kami sedang melakukan semacam pra-pendaftaran, mencatat nama-nama imigran dan sebagainya. Kemudian mereka dapat dibawa dengan memakai bus dan didistribusikan di seluruh Jerman, katanya.

Juru bicara Kanselir Angela Merkel mengatakan pada Senin bahwa Jerman tidak menutup pintu untuk pengungsi tetapi ia berpendapat terdapat langkah-langkah baru yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban untuk proses suaka.

Jerman Kemungkinan Hadapi Sejuta Pengungsi Tahun Ini

Jerman kemungkinan menerima sejuta permintaan status pengungsi pada tahun ini, melampaui prediksi rekor kedatangan 800 ribu orang sejauh ini, kata Wakil Kanselir Sigmar Gabriel pada Senin (14/9).

“Terdapat banyak tanda bahwa Jerman tahun ini tidak akan menampung 800 ribu pengungsi, seperti yang diperkirakan kementerian dalam negeri, namun sejuta pengungsi,” tulisnya kepada para anggota partai Demokratik Sosial (Social Democratic) kiri-tengah.

Jerman, kewalahan akibat tekanan gelombang masuk pencari suaka, pada Minggu memberlakukan kembali pemeriksaan identitas terhadap imigran yang bepergian di dalam zona bebas paspor Schengen, mengubah drastis kebijakan terbukanya kepada pengungsi Suriah.

Gabriel menekankan bahwa “semua pihak yang mengajukan suaka di wilayah Jerman diizinkan tinggal hingga keputusan berhasil disepakati. Kami tidak mengubah hal itu.”

“Namun, tujuannya untuk mengelola pengawasan perbatasan dalam kondisi luar biasa dan tidak terduga serta mengembalikan penanganan kebijakan pengungsi secara teratur.”

“Ini termasuk isyarat jelas kepada mitra-mitra Eropa kami bahwa, walaupun kami siap untuk melakukan upaya yang tidak proporsional, Jerman tidak bisa sendirian dan menerima semua pengungsi.”

Dia menambahkan bahwa “Jerman kuat dan bisa melakukan banyak hal. Namun, dalam beberapa hari terakhir kami melihat, kendati sudah menunjukkan niat kami yang paling baik, kapasitas kami untuk menampung pengungsi mencapai batasnya – terutama di sisi kecepatan arus masuk pengungsi.”

Dia mengatakan semua pejabat tinggi negara bagian mengisyaratkan bahwa kapasitas mereka untuk menampung pendatang baru hampir habis.

“Kendati terdapat banyak diskusi dengan sejumlah mitra Eropa kami, kami sejauh ini tidak berhasil mencari solusi bersama terhadap krisis pengungsi,” kata Gabriel.

“Tidak ada negara yang bisa menerima dan menampung pengungsi sendiri. Penting bahwa kami menyampaikan pesan ini secara jelas kepada negara-negara tetangga kami.” (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home