Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 17:44 WIB | Senin, 31 Agustus 2015

Vietnam Saingan Terberat Indonesia di Bidang Tekstil

Kepala BKPM Franky Sibarani (kiri) dan Deputi bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis (kanan) dalam konferensi pers terkait Laporan Hasil Kunjungan Kepala BKPM ke Korea Selatan dan Australia dan Perkembangan Investasi Global dan Regional di Kantor BKPM Jalan Gatot Subroto No. 44 Jakarta Selatan, hari Senin (31/8). (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengungkapkan bahwa Vietnam merupakan saingan terberat Indonesia di bidang industri padat karya khususnya tekstil. Meskipun arus investasi ke Indonesia lebih besar dari Vietnam, namun dalam industri tekstil menurut data Financial Times, Vietnam mencapai USD 527,1 juta (7 persen) lebih besar bila dibandingkan dengan Indonesia yang hanya menyerap USD 139 juta.

“Jadi dengan masuk 7 persen itu menunjukkan bahwa Vietnam menjadi salah satu saingan dalam industri atau menarik investasi padat kaya khususnya tekstil,” kata Franky dalam konferensi pers terkait Laporan Hasil Kunjungan Kepala BKPM ke Korea Selatan dan Australia dan Perkembangan Investasi Global dan Regional di Kantor BKPM Jalan Gatot Subroto No. 44 Jakarta Selatan, hari Senin (31/8).

Franky beranggapan bahwa ketertinggalan Indonesia terhadap Vietnam itu karena negara itu memberikan kepastian sistem regulasi dan ketenaga kerjaan lebih awal. Sedangkan Indonesia masih menggodok dua hal tersebut sehingga masih belum memberikan kepastian kepada investor industri tekstil. Misalnya, kebijakan terkait kepastian sistem penetapan upah minimum serta kemudahan perizinan penanaman modal.

"Industri padat karya ini sangat sensitif pada kenaikan harga-harga, sehingga mobilitasnya pun juga sangat dinamis. Maka dari itu, kebijakan terkait hal tersebut harus dikeluarkan sekarang dan diuji selama beberapa waktu ke depan. Kalau sudah diuji, investor makin yakin," kata dia.

Franky juga menilai bahwa insentif juga diperlukan bagi pelaku industri tekstil untuk memacu produksinya. Dalam hal ini, kebijakan terkait perdagangan bebas (Fee Trade Area/FTA) dengan negara-negara tujuan ekspor utama harus segera dirumuskan.

"Negara kita belum punya kebijakan FTA dengan wilayah tujuan ekspor tekstil seperti Amerika Serikat maupun Benua Eropa, sedangkan Vietnam memiliki kerja sama itu. Maka dari itu, barang-barang ekspor kita ke sana masih dikenakan bea masuk," kata Franky.

Franky optimis jika regulasi itu sudah dirumuskan maka tahun depan Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya dari Vietnam.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home