Loading...
RELIGI
Penulis: Sotyati 12:29 WIB | Rabu, 14 Mei 2014

Waisak 2014: Biksu Mancanegara Pindapata di Magelang

Waisak 2014: Biksu Mancanegara Pindapata di Magelang
Sejumlah umat Budha melakukan sembahyang pagi di depan altar utama pada prosesi Tri Suci Waisak tahun 2558 B.E/ 2014 di Candi Borobudur, Mungkid, Magelang, Jateng, Rabu (14/5). Diperkirakan sedikitnya 30.000 umat Budha dari berbagai daerah akan mengikuti puncak perayaan Waisak pada Kamis (15/5) dini hari. (Foto-foto: Antara)
Waisak 2014: Biksu Mancanegara Pindapata di Magelang
Sejumlah biksu mengambil air suci menggunakan kendi saat prosesi pengambilan air suci pada rangkaian perayaan Tri Suci Waisak tahun 2558 B.E/ 2014 di Umbul Jumprit kawasan lereng Gunung Sindoro Desa Tegalrejo, Ngadirejo, Temanggung, Jateng, Selasa (13/5). Prosesi pengambilan air suci itu dilakukan oleh puluhan biksu dari majelis agama Buddha sekte Mahayana, Teravada, Tantrayana dan Maitrisiya yang selanjutnya dibawa dan disemayamkan di Candi Mendut.
Waisak 2014: Biksu Mancanegara Pindapata di Magelang
Pekerja membersihkan altar tempat sembahyangan di Vihara Girinaga, Makassar, Sulsel, Selasa (13/5). Untuk kenyamanan umat Budha beribadah sejumlah vihara di Makassar mengadakan pembenahan dan pembersihan menjelang peringatan Hari Tri Suci Waisak 2558 pada Kamis (13/5).

MAGELANG, SATUHARAPAN.COM - Sejumlah biksu mancanegara, antara lain dari India, Tiongkok, Jepang, Korea, Malaysia, Nepal, Singapura, Vietnam, dan Thailand, mengikuti "pindapata" di kota Magelang, Jawa Tengah, menjelang perayaan Waisak 2558 BE/2014 di Candi Borobudur, Rabu (14/5).

Sebanyak 120 biksu mengawali "pindapata" dari tempat peribadatan Tri Dharma Kelenteng Liong Hok Bio di sebelah selatan Alun-Alun Kota Magelang.

Para biksu berjalan menyusuri Jalan Pemuda di kawasan Pecinan Kota Magelang dengan membawa mangkuk besar berwarna perak dan umat memasukkan sedekah berupa makanan maupun uang ke dalam mangkuk.

Sebagaimana dijelaskan Bante Wong Shin Labiko Mahatera dari Vihara Lembang Bandung, para biksu yang hidup bergantung pada umat, sebagaimana makna pindapata, menerima persembahan berbentuk makanan, buah-buahan, dan sebagainya dari umat.

Tidak ada kegiatan perdagangan maupun pertanian dalam kegiatan para biksu, sehingga setiap hari mereka hidup dengan menerima makanan dari rumah ke rumah dan terus sampai pulang ke vihara.

Dalam pindapata, para biksu menerima dana, makanan, buah-buahan dari umat untuk menyambung hidup sehari-hari. Setelah makan, para biksu bersemedi untuk berbuat baik dan melimpahkan jasa kepada umat yang mendukungnya agar hidup bahagia dan mendapatkan kesempatan untuk berbuat kebajikan lebih banyak lagi.

"Setiap hari harus pindapata, kecuali tidak makan. Tradisi itu yang dilakukan Sang Buddha. Melalui pindapata ada pendekatan antara guru dengan umat," katanya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home