Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 11:07 WIB | Selasa, 04 Maret 2014

Wali Kota Solo: Saya Tidak Pernah Takut

Wali kota Solo, FX Rudiatmo, ketika menyampaikan sambutan pada peserta Konas Pemuda Remaja PGI di Solo, hari Minggu (2/3). (Foto: dok. Depera PGI)

SOLO, SATUHARAPAN.COM - “Hakikat pemimpin adalah pelayan, bukan penguasa. Itulah sebabnya seorang pemimpin haruslah melayani. Pemimpin yang melayani akan dicintai oleh rakyatnya, sementara pemimpin yang menguasai akan ditolak oleh rakyatnya sendiri.”

Itu dikemukakan oleh Wali Kota Solo, F.X Rudiatmo saat menerima peserta Konsultasi Nasional (Konas) Pemuda PGI di Rumah Jabatan Wali Kota Solo Minggu (2/3).

Menurut Rudiatmo, untuk menjadi pemimpin yang berhasil, pemuda harus berani dan modal utama untuk memiliki keberanian adalah iman. “Modal saya untuk menjadi wali kota hanya satu, yaitu iman. Karena saya memiliki Iman maka saya tidak pernah takut melakukan apapun, sepanjang itu adalah kebenaran,” tegasnya.

Rudiatmo menjadi salah satu pembicara dalam acara Konas Pemuda PGI yang dihelat Departemen Pemuda dan Remaja PGI, 28 Februari-3 Maret 2014 di Wisma Inri, Karang Anyar, Jawa Tengah. Kegiatan ini diikuti tak kurang dari 90 orang pimpinan organisasi pemuda gereja tingkat sinode dan lembaga kepemudaan Kristen dari seluruh Indonesia.

Selama 4 hari peserta melakukan ibadah, penelaan Alkitab, refleksi, diskusi, sharing serta kunjungan lapangan ke sejumlah lokasi di Solo.

Konas Pemuda itu sendiri adalah puncak dari serangkaian Konsultasi Regional (Konreg) yang telah sebelumnya di lima wilayah, yaitu Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Papua. Jika konreg adalah wadah konsultasi antar pemuda gereja dalam satu wilayah, maka Konas adalah wadah konsultasi seluruh sinode dan organisasi mitra yang bergabung di PGI. Konas berlangsung sekali dalam lima tahun untuk membahas isu-isu strategis pemuda gereja.

Rudiatmo menegaskan, pemimpin di masa lalu hanya suka berbicara, sementara pemimpin masa depan harus menjadi pemimpin yang suka bertanya. Itulah sebabnya bangsa Indonesia kini memerlukan pemimpin yang mau mendengar, melihat, dan berbuat untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Bukan hanya asal membuat kebijakan yang instan atau tidak berpihak pada rakyat.

“Jadikan Yesus sebagai teladan, sebab harta hanya pinjaman, pangkat itu titipan, dan nyawa hanyalah pemberian,” lanjutnya.

“Mulailah menjadi pemimpin untuk diri sendiri, orang lain, kelompok, dan akhirnya  masyarakat luas.” [Ditulis oleh Yunus Buana Patiku dan Charisma Ganda Mega Sari]

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home