Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta Widiadi 11:51 WIB | Senin, 25 April 2016

Warga Selamat Gempa Nepal Protes Pemerintah Lamban

Ilustrasi: Korban yang terjebak dalam puing-puing setelah hantaman gempa di Kathmandu, Nepal, Sabtu, 25 April 2015, diangkut dengan tandu oleh tim penyelamat. (Foto: reuters.com)

KATHMANDU, SATUHARAPAN.COM – Warga yang selamat dari gempa Nepal yang terjadi lebih dari satu tahun lalu melakukan protes karena menilai pemerintah lamban dalam melakukan kejelasan pembangunan tempat tinggal yang hancur karena gempa.

Seperti diberitakan Channel News Asia, Minggu (24/4), lebih dari 100 orang melakukan protes di depan Kompleks Singha Durbar atau Kompleks Kantor Perdana Menteri Nepal, Khadga Prasad Sharma Oli, di Kathmandu.  

Para demonstran merupakan warga yang masih tinggal di tempat penampungan sementara. Mereka mengeluhkan tempat hunian sementara berpotensi mengancam kesehatan.  

“Kami berharap perspektif dan prioritas pemerintah tentang rekonstruksi segera jelas sehingga kami dapat membantu orang membangun kembali dan mendapatkan kehidupan mereka kembali ke jalur secepat mungkin,” kata Kepala Misi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah untuk Nepal, Max Santner.

Aksi tersebut merupakan aksi yang terjadi di luar kompleks Perdana Menteri, karena di tempat terpisah Sharma Oli memimpin upacara peringatan satu tahun berkabung atas tragedi yang mengakibatkan hampir 9.000 orang meninggal dunia tersebut.   

Santner mengingatkan pemerintah, warga Nepal masih berisiko menghadapi gangguan kesehatan, dan jutaan orang lainnya masih tinggal di tempat penampungan.

Gempa 7,8 SR melanda dataran tinggi Himalaya pada 25 April 2015, dari gempa tersebut mengakibatkan  22.000 orang terluka. 

Saat ratusan masyarakat melakukan aksi demonstrasi, puluhan pemuka agama Buddha berkumpul di Durbar Square, Kathmandu, Nepal, situs warisan dunia yang diakui UNESCO (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani masalah pendidikan, lmu pengetahuan dan kebudayaan), untuk berdoa dan membawa bingkai foto dari orang yang mereka cintai yang menjadi korban.

Salah satu pemuka agama Buddha, Surya Bahadur Shrestha, mendoakan almarhum ayahnya yang meninggal dunia akibat gempa tersebut. “Saya datang meratapi ayah saya, saya berdoa untuk perdamaian abadi bagi jiwa,” kata Surya Bahadur Shrestha.

Dalam catatan Channel News Asia, setelah satu tahun gempa di Nepal berlalu, pemerintah gagal memenuhi janji tenggat waktu merekonstruksi bangunan yang hancur dilanda gempa. Dana yang didapat dari negara donor lebih kurang sebesar Rp 54, 24 miliar belum terpakai karena terjadi perselisihan politik.

Asisten Perdana Menteri Gopal Khanal mengatakan pemerintah akan membuat tempat tinggal yang layak sebelum musim hujan di negara tersebut yang diperkirakan berlangsung bulan Juni.

Warga Nepal yang kehilangan rumahnya, Kanchhi Tamang, takut membayangkan dia dan tiga anaknya dipaksa tinggal berlama-lama di sebuah gubuk di pinggiran Kathmandu.

Juru Bicara Otoritas Rekonstruksi Nasional Ram Prasad Thapaliya mengemukakan Pemerintah Nepal baru mendistribusikan bantuan tunai untuk korban gempa lebih kurang Rp 6,63 juta per keluarga, namun sejauh ini jumlah keluarga yang menerima bantuan tersebut baru  800 keluarga, padahal Pemerintah Nepal tahun lalu berjanji memberi dana Rp 26,45 juta untuk setiap keluarga. (channelnewsasia.com)

 

Baca Juga

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home