Loading...
DUNIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 14:41 WIB | Sabtu, 03 Januari 2015

“Waspadai Kapal Asing di Lokasi Evakuasi AirAsia QZ8501”

Kapal perang Amerika Serikat USS Sampson (DDG 102) ditugaskan untuk membantu dalam mencari AirAsia QZ8501 penerbangan yang hilang Minggu (28/12) pagi dalam perjalanan Surabaya-Singapura. (Foto: csmonitor.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung Idil Akbar mengharapkan Pemerintah Indonesia tetap mewaspadai pergerakan kapal asing yang turut dalam pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8501 yang jatuh pada Minggu (28/12) lalu. Menurut dia, kewaspadaan itu penting dilakukan, sebab kapal asing tersebut telah berada di wilayah perairan Indonesia.

“Kewaspadaan perlu dikedepankan Pemerintah Indonesia, karena bagaimanapun mereka telah memasuki wilayah Indonesia walau untuk misi kemanusiaan, saya yakin kewaspadaan yang sama juga akan dilakukan oleh negara lain dalam situasi serupa,” kata Idil saat dihubungi satuharapan.com, di Jakarta, Sabtu (3/1).

Menurut dia tindak waspada yang dapat dilakukan Pemerintah Indonesia antara lain Badan SAR Nasional (Basarnas) tetap memegang komando dalam setiap pergerakan proses evakuasi. “Dari situ kita bisa memastikan bahwa kehadiran mereka saat ini memang betul untuk misi kemanusiaan dan tidak diselingi pencarian hal lain, seperti sumber daya alam (SDA) yang terdapat dalam laut Indonesia,” ujar Idil.

Dosen Ekologi Pemerintahan di Jurusan Ilmu Pemerintahan UNPAD itu juga berharap agar pemerintah dapat bertindak tegas dalam memilih bantuan yang ditawarkan negara lain, sebab pemerintah memiliki hak untuk menerima ataupun menolak bantuan yang ditawarkan.

“Pemerintah harus memiliki pertimbangan dan melihat hal-hal apa saja yang betul-betul dibutuhkan, misalnya terkait teknologi evakuasi secara efektif dan cepat yang belum kita miliki, itu boleh saja kita terima,” kata Idil.

“Namun semua bentuk komando tetap ada di bawah perintah Basarnas,” dia menambahkan.

Saat ditanya, apakah Amerika Serikat memiliki motif lain di balik bantuan evakuasi AirAsia QZ8501 yang dikirimkan sejak Selasa (30/12), pengamat politik dari UNPAD itu menjawab ingin berpikir positif lebih dulu. Kata Idil, terlepas dari apakah bantuan tersebut atas dasar permintaan Pemerintah Indonesia atau tawaran diri Amerika Serikat, tujuannya adalah demi kepentingan kemanusiaan.

AS Sesuai SOP

Sementara itu, Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Tubagus Hasanuddin menilai pengiriman bantuan kapal dari Amerika Serikat guna mengevakuasi korban ataupun badan pesawat AirAsia QZ8501 sudah sesuai dengan standard operating procedure (SOP) internasional bila terjadi kecelakaan pesawat udara sipil.

“Yang penting sudah dapat izin dari negaranya, saya kira juga sudah mendapat izin dari Indonesia, jadi tidak ada masalah,” ujar sosok yang akrab disapa TB itu.

Menurut dia, bantuan dari negara lain termasuk Amerika Serikat dalam proses evakuasi AirAsia QZ8501, semata-mata membawa misi kemanusiaan.

“Solidaritas ketika ada musibah,” ujar politisi PDI Perjuangan itu.

Pergerakan Kapal AS

Amerika Serikat menanggapi permintaan bantuan dari Pemerintah Indonesia dengan mengirimkan kapal perang USS Sampson untuk ikut dalam evakuasi pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak Minggu (28/12) lalu.

Kapal perang itu sudah melaksanakan tugasnya di Laut Jawa, Indonesia, sejak Selasa (30/12).

Helikopter dan pesawat pun sudah dikerahkan sejak Senin (29/12) guna mencari pesawat berpenumpang 162 orang dengan rute Surabaya-Singapura itu.

Meskipun hujan deras dan angin berkecepatan 40 knot menghalangi upaya pencarian, kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat tetap melaksanakan tugasnya untuk menemukan puing-puing pesawat dengan radar canggih, sonar, dan situs optik.

Dalam melaksanakan tugasnya, kapal perang USS Sampson menghadapi gelombang-gelombang setinggi empat kaki yang kian membuat air berombak. "Tapi kapal Angkatan Laut kami mampu beroperasi meskipun dalam cuaca yang lebih buruk dari itu," kata juru bicara Angkatan Laut Seventh Fleet, Letnan Lauren Cole, yang berpangkalan di Yokosuka, Jepang.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home