Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 08:44 WIB | Sabtu, 29 Juni 2013

WCC: Umat Beragama di Suriah Dijadikan Sasaran Konflik dan Politik

Tragedi di Suriah selama konflik bersenjata lebih dari dua tahun. (Foto: istimewa)

 

JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Kekerasan terbaru yang terjadi di Suriah menunjukkan bahwa umat beragama dijadikan sasaran dan digunakan sebagai alat perang, strategi psikologis dalam politik, bahkan intimidasi.

Hal itu dikemukakan Sekretaris Jenderal Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC), Dr. Olav Fykse Tveil, dalam pernyatannya yang dikeluarkan Jumat (28/6) di Jenewa Swiss.

Tveit mengungkapkan hal itu berkaitan dengan keprihatinan yang mendalam dari gereja-gereja tentang tindakan kekerasan yang terus terjadi di Suriah, khususunya pembunuhan brutal terhadap pastor François Mourad di desa Al-Ghassaniyah, serta penghancuran terus-menerus terhadap pemukiman dan tempat ibadah Kristen, Muslim dan Yahudi di sana.

Sebelum kasus ini diberitakan bahwa dua pemimpin gereja dari Aleppo, Suriah, telah diculik orang tak dikenal pada April lalu dan sampai sekarang tidak diketahui nasibnya. Uskup Agung Gereja Ortodoks Yunani, Paul Yazigi dari Aleppo, dan Alexandretta, serta Uskup Agung Gereja Ortodoks Suriah,  Yohanna Ibrahim, diculik  ketika dalam perjalanan ke Aleppo, sekembali dari misi kemanusiaan di dekat wilayah perbatasan Turki. Sopir mereka, Fatha’allah Kabboud, seorang diaken di Gereja Ortodoks Suriah tewas dalam insiden itu.

Tveit menyayangkan dan mengkhawatirkan situasi yang terjadi di Suriah. "Hal ini menjadi jelas bahwa unsur-unsur radikal dan teroris asing memanfaatkan konflik di Suriah dan sengaja menargetkan orang Kristen. Mereka tidak peduli dengan ulama dan lembaga keagamaan dan rumah ibadah. Serangan mereka merupakan upaya untuk menabur ketegangan dan konflik antaragama," kata Tveit.

Dia mencatat bahwa ada pemimpin Muslim  di Suriah yang juga menampilkan tindakan "horor” dan “brutal” yang sengaja ditampilkan dengan maksud menciptakan permusuhan antara Kristen dan Muslim.

"Kami ingat pada Maret 2011, pada awal pemberontakan damai di Suriah, yang dimajukan adalah seruang tentang kebebasan, martabat dan kesetaraan warga negara. Hal itu  tampaknya menjadi harapan bagi rakyat Suriah dan untuk seluruh wilayah," lanjutnya. "Namun sekarang kami melihat gambaran yang sama sekali berbeda dan tragis."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home