Loading...
BUDAYA
Penulis: Bayu Probo 09:24 WIB | Senin, 24 Agustus 2015

Yamuger Gelar Konser Musik Gereja Diiringi Musik Tradisional

Yamuger Gelar Konser Musik Gereja Diiringi Musik Tradisional
Kerontjong Toegoe yang dipimpin Andre J. Michiels didirikan pada 1988. Anggotanya kebanyakan warga GPIB Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.
Yamuger Gelar Konser Musik Gereja Diiringi Musik Tradisional
Kelompok Bambu Irama Sangir Talaud Jakarta Raya (Bambu Isatal Jaya) mengaku dapat memainkan alat musik dengan duduk, berdiri, atau berjalan.
Yamuger Gelar Konser Musik Gereja Diiringi Musik Tradisional
Gamelan Karawitan Golgota yang beranggota dari remaja hingga lanjut usia bersemangat mempersembahkan lagu pujian rohani.
Yamuger Gelar Konser Musik Gereja Diiringi Musik Tradisional
Koreri Grup Papua, pada Juni 2015 lalu diundang berpartisipasi dalam acara UNDP (United Nation Development Programme) dengan tema pemberdayaan sumber alam Papua.
Yamuger Gelar Konser Musik Gereja Diiringi Musik Tradisional
Guzheng Miladomus Ensemble telah melanglang buana di hampir semua negara Asia.
Yamuger Gelar Konser Musik Gereja Diiringi Musik Tradisional
Anggota grup Arumba Geulis MSI ini terdiri dari ibu-ibu yang berusia rata-rata di atas 55 tahun.
Yamuger Gelar Konser Musik Gereja Diiringi Musik Tradisional
Kolintang Kawanua Jakarta saat mengiringi Tim Inti Nyanyian Gereja.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Konser musik gereja dengan iringan alat musik tradisional yang diselenggarakan Yayasan Musik Gereja (Yamuger) berlangsung meriah dan menakjubkan.

Graha GEPEMBRI di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara yang dipenuhi sesak oleh sekitar 1.100-an hadirin tersedot perhatiannya oleh para penampil Jumat (21/8) malam. Apalagi lagu-lagu yang ditampilkan adalah lagu-lagu gereja yang akrab di telinga mereka. Sesekali mereka bernyanyi bersama mengikuti lagu yang saat itu dimainkan.

Dalam sambutannya, Ketua Panitia “Gelar Musik Gereja Nusantara” Titi Juliasih Kardjono mengungkapkan, “Keragaman yang ada di bumi Indonesia adalah anugerah Tuhan. Salah satunya adalah keragaman musik dan alat musimnya. Dan, kali ini kami mengungkapkan rasa syukur ini dengan mementaskan sebagian alat musik tradisional yang dapat digunakan dalam ibadah.”

Ini ditegaskan oleh Ketua Yamuger D. Robert Nainggolan yang mengatakan, “Kalau waktu lalu kita menyaksikan nyanyian gereja dengan iringan hanya satu jenis musik tradisional, misalnya kolintang atau keroncong, kali ini kita akan menyaksikan berbagai jenis alat musik yang mewakili wilayah Nusantara.”

Pergelaran dibuka dengan meriah oleh penampilan Gondang Korem Sihombing. Gondang yang biasanya menjadi pengiring acara-acara adat Batak kali ini mengiringi lagu pujian Nyanyikanlah Nyanyian Baru (PKJ 27) dan Bila Badai Hidup Menerpamu (PKJ 285).

Kemudian, hadirin disuguhi penampilan kelompok Kerontjong Toegoe dengan lagu Gembala Baik Bersuling nan Merdu (KJ 415) dan Dialah Segalaya serta Bahwa Tuhan Juga Gunung Batuku.

Yang menarik, kelompok Bambu Isatal Jaya—anggotanya sebagian dari Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud—yang menyuguhkan alat musik bambu. Empat lagu mereka persembahkan: Menjulang Nyata Atas Bukit Kala (KJ 183), Setiamu, Tuhanku, Tiada Bertara (PKJ 138), Ku Berserah kepada Allahku (NKB 128), dan Tiup Nafiri di Sion (DSL 175).

Alat musik tradisional dari Jawa Tengah tentu saja tidak ketinggalan. Gamelan Karawitan Golgota dari Gereja Kristen Jawa Pondok Gede mempersembahkan tiga lagu pujian berbahasa Indonesia—Aku Suka Membagi (KJ 433), Keluarga yang Damai (PKJ 286), Kurangkai Nada Menjadi Lagu (PKJ 290)—dan satu lagu berbahasa Jawa, Gusti Nuntun Lampah Kula (KPK 129).

Selain untuk mendukung ulang tahun ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia, tujuan konser ini adalah untuk menggalang dana bagi pembangunan penyelesaian gedung Yamuger. Terutama untuk ruang-ruang kursus musik gereja. Yamuger, yang berdiri pada 11 Februari 1967 sejak awal memang memberikan pelayanan di bidang musik gereja. Ini sesuai dengan misinya, yaitu meningkatkan aktivitas dan kreativitas di bidang seni musik gereja dalam arti seluas-luasnya.

Yamuger telah menerbitkan buku-buku nyanyian yang dipakai secara luas di gereja-gereja di Indonesia, misalnya Kidung Jemaat (KJ), Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ), Kidung Ceria (KC), Kidung Muda-mudi (KMM). Selain itu, Yamuger juga menyelenggarakan kursus musik yang mendorong jemaat untuk menguasai berbagai alat musik untuk mengiringi ibadah.

Setelah istirahat lima belas menit, konser dilanjutkan dengan penampilan Koreri Grup Papua dengan lagu pujian yang diiringi alat musik rancak ala Papua. Haleluya, Pujilah Tuhanmu (PKJ 295), Yawarai, Yesus Dombe-dombe, dan Ruri Saranden—Turunnya Roh Kudus.

Alat musik khas Negeri Tiongkok pun tampil di pergelaran ini. Kelompok Guzheng Miladomus Ensemble dengan aransemen apik menampilkan Seindah Siang Disinari Terang (PKJ 242), Bagai Kapal yang Berlayar (PKJ 251), dan Ku Mau Cinta Yesus Selamanya.

Tak kalah dengan grup-grup sebelumnya, Arumba Geulis Mitra Seni Indonesia mempersembahkan dua lagu PKJ, yaitu Apalah Arti Ibadahmu (PKJ 264) dan Bukan Karna Upahmu (PKJ 265) yang dinyanyikan bersama-sama hadirin.

Puncaknya adalah penampilan Kolintang Kawanua Jakarta. Grup kolintang yang menjadi juara kedua Festival Musik Kolintang Tingkat Nasional 2011 ini mempersembahkan pujian Kaulah Tuhan. Lalu, mereka mengiringi Tim Inti Nyanyian Gereja—kelompok pencipta lagu-lagu Yamuger—yang mendendangkan Sekalipun Diriku Dapat Berkata-kata (PKJ 277). Yang paling menakjubkan adalah saat Kolintang Kawanua Jakarta menampilkan Piano Sonata No. 11 Movement Three Rondo Alla Turca (Turkish March) karya Wolgang Amadeus Mozart. Tepuk tangan riuh disertai standing ovation pun menutup penampilan mereka.

Acara ditutup dengan seluruh hadirin menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa karya Ismail Marzuki diiringi seluruh pengisi acara. Para penampil konser tidak semua orang Kristen. Namun, kecintaan mereka pada musik tradisional, membuat mereka mendorong hadirin juga mencintai musik tradisional.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home