Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 15:02 WIB | Senin, 17 Agustus 2015

Apa Makna Suara Lonceng Gereja di Upacara Detik Proklamasi?

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. (Foto: Dok. satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Upacara peringatan detik-detik Proklamasi di halaman Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (17/8), dimulai dengan suara tembakan meriam sebanyak 17 kali, suara sirine, beduk masjid, dan lonceng gereja.

Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan suara bedug masjid dan lonceng gereja itu ada ajakan kepada seluruh masyarakat agar memberi perhatian kepada detik-detik proklamasi.

“Itu artinya adalah dalam momentum 17 Agustus, khususnya detik proklamasi itu kita bunyikan suara tembakan meriam, bedug masjid, suara sirine, sampai lonceng gereja itu, agar semua masyarakat memberi perhatian pada saat-saat detik proklamasi,” ucap Lukman saat ditemui satuharapan.com, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (17/8).

Selain itu, menurut dia, suara-suara yang memulai upacara peringatan detik-detik Proklamasi itu juga mengajak masyarakat Indonesia untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia 70 tahun silam. Sekaligus memberi motivasi agar masyarakat Indonesia kian bersemangat mengisi kemerdekaan.

“Suara itu juga bukan hanya mengajak masyarakat untuk sekadar mengenang jasa para pahlawan, tapi bisa termotivasi untuk isi kemerdekaan ini,” ucap Lukman.

Dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Republik Indonesia ini, Menag juga mengajak masyarakat Indonesia tidak mengingkari keragaman yang ada. Sebab, Indonesia adalah bangsa yang lahir, tercipta, dan terwujud dari kegaraman.

“Jadi jangan ingkari keragaman, Indonesia lahir, terwujud, dan tercipta, dari keragaman,” ujar Lukman.

Dia menambahkan, masyarakat Indonesia juga tidak boleh menilai keragama sebagai sebuah hal negatif. Keragaman adalah kekayaan yang positif, karena dengan keragaman masyarakat Indonesia bisa saling mengisi, melengkapi, dan menyempurnakan.

“Keragaman justru sangat positif, karena dengan keragaman kita punya kekayaan untuk bisa saling mengisi, melengkapi, dan menyempurnakan,” tutur Lukman.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home