Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Reporter Satuharapan 12:22 WIB | Selasa, 13 Agustus 2013

Yang Gemilang pada Hari Ketiga Kejuaraan Atletik Dunia di Moskow

Shelly -Ann Fraser- Pryce, seorang pelari sprint asal Jamaika meraih medali emas cabang lari sprint 100 meter.

MOSKOW, SATUHARAPAN.COM – Pada hari ketiga Kejuaraan Atletik Dunia yang digelar di Moskow, Shelly -Ann Fraser- Pryce, seorang pelari sprint asal Jamaika menjadi contoh yang begitu mencengangkan. Dia berhasil meraih medali emas untuk cabang atletik lari sprint 100 meter mengikuti jejak Usain Bolt kemarin.

Juara bertahan olimpiade Fraser-Pryce menyadari bahwa pesaingnya tidak akan dapat menyusul rekor dunianya pada 10,71 menit yang membuat seluruh pendukungnya bersorak kegirangan di Stadion Luzhniki, Moskow. Bahkan sebelum sang peraih medali perak, Murielle Ahoure, melewati garis.

“Banyak kerja keras dan komitmen yang dibutuhkan di sini,” kata Fraser-Pryce. “Inilah hasil kerja keras saya. Saya hanya berfokus untuk menyelesaikannya dengan baik.” Sedangkan pelari sprint asal Amerika, Carmelita Jeter, juara dunia tahun 2011 meraih medali perunggu.

Kelas 400 Meter

Antusiasme masyarakat Moskow begitu menggelora saat melihat penampilan atlit asal Inggris, Christine Ohuruogu pada perlombaan lari 400 meter melawan juara bertahan Amantle Montsho dengan meraih medali emas.

“Ini seperti mimpi, berlebihan rasanya. Saya tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata,” kata Ohuruogu. “Saat pertandingan selesai, saya tidak tahu bahwa saya memenangkannya. Saya tidak mau terlalu senang sampai akhirnya nama saya muncul. Saya mendengar banyak orang berteriak. Saya mendongak dan saya senang.”

Atlit berusia 29 tahun itu mencatat waktu 49,41 detik mengalahkan rekor atlit asal Inggris Kathy Cook yang hanya berbeda 0,02 detik untuk meraih medali emas yang kedua bagi negaranya. Sebelumnya, dia melewati Mo Farah pada 10.000 meter di hari pembukaan.

Kelas 110 Meter

Ada suatu kejutan yang luar biasa setelah atlit asal Amerika, David Olive r( 33) mencatat waktu terbaik yaitu pada detik ke 13,00 di rintangan110 meter.

Juara bertahan Jason Richardson, dan juara bertahan Olimpiade London 2012, Aries Merritt, harus puas pada peringkat keempat dan keenam. Sedangkan atlit asal Amerika, Ryan Wilson, secara berturut-turut meraih medali perak dengan catatan waktu 13,13 detik, dan atlit asal Rusia, Sergey Shubenkov (22) yang menjuarai Kejuaraan Eropa meraih perunggu melewati garis finish pada detik ke 13,24.

“Saya lelah, terluka, gagal, dan berlari seperti keledai,” kata Oliver. “Tetapi sungguh tidak baik ketika Anda tidak bisa menang.”

Tolak Peluru

Di tempat lain, tidak ada perlombaan yang lebih baik lagi selain penampilan atlit tolak peluru asal Selandia Baru, Valerie Adams (28) sang juara Olimpiade London berhasil meraih emas dalam empat kali lemparan. Dia memenangkan rekor gelar juara dunia yang keempat kalinya.

“Hal yang paling menakjubkan malam hari ini adalah ketika saya dapat memenangkannya untuk mengukir sejarah bagi Selandia Baru,” kata Adams usai merayakan kemenangannya dengan bersemangat. “Dengan adanya empat medali emas ini di leher saya, saya merasa memiliki empat bayi. Sangat menakjubkan.”

Sebuah jarak 20,88 meter yang diambil oleh atlit tolak peluru asal Jerman, Christina Schwanitz, juara bertahan Eropa, meraih medali perak pada usaha terakhirnya dengan performa terbaiknya sejauh 20,41 meter. Sedangkan Gong Lijao peraih medali perunggu di kejuaraan London, meraih medali perunggu pada lemparan tunggal dengan jarak lemparan 19,95 meter.

Lompat Galah

Pada cabang atletik lompat galah kategori pria jauh lebih kompetitif, namun atlit asal Jerman, Raphael Holzdeppe, meraih medali emas setelah menang dari juara Olimpiade London, Renaud Lavillenie, dengan lompatan dramatisnya.

Kedua finalis tersebut telah mencapai lompatan setinggi  5,89 meter dan keduanya tidak berhasil melompati mistas setinggi 5,96 pada kesempatan berikutnya. Sebagai peraih medali emas, poin Holzdeppe (23)  diperhitungkan setelah di olimpiade sebelumnya ia meraih medali perunggu.

Sedangkan atlit asal Jerman, Bjorn Otto, peraih medali perak dalam olimpiade London, gagal pada lompatan setinggi 5,89 meter dan akhirnya meraih medali perunggu setelah sebelumnya berhasil pada lompatan 5,82 meter. Hasil yang sama diciptakan oleh juara dunia bertahan dari Amerika, Brad Walker dan atlit asal Jerman, Malte Mohr dengan sedikit kesalahan.

Lontar Martil

Pada waktu yang bersamaan, Polandia yang sedang berjuang merebut medali pertama dari perlombaan atletik, melalui wakilnya, Pawel Fajdek, memimpin dengan lemparan sejauh 81,97 meter akhirnya meraih medali emas dalam cabang lontar martil kategori pria.

Pria berkacamata yang berumur 24 tahun itu telah dua kali menjuarai perlombaan antar mahasiswa tetapi tidak pernah menorehkan juara pada kejuaraan dunia sebelumnya, penonton sangat riuh saat ia muncul di Stadion Luzhniki yang mendung pada saat itu.

“Inilah mimpi saya setelah kejuaraan di London saat saya kalah,” kata dia. “Sepanjang tahun ini saya hanya berpikir tentang Moskow,... dan akhirnya berhasil. Sekarang, saya adalah pemenang.”

Di hari keempat pada Selasa (13/8) terlihat enam medali yang diperebutkan untuk lari wanita 20 kilometer, lempar cakram pria, lompat galah  wanita, lari 800 meter pria, halang rintang 3.000 meter wanita dan lari 400 meter pria. (ria.ru)

 

 

 

 

 

 

 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home