Loading...
INDONESIA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 07:10 WIB | Minggu, 31 Juli 2016

Antiradikalisme Dimulai dari Keluarga

Presiden Joko Widodo (Jokowi) di puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-23 di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), hari Sabtu (30/7). (Foto: Facebook.com/Jokowi)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Surya Chandra Surapaty, mengatakan untuk membendung penyebaran paham radikalisme, maka doktrin antiradikalisme harus dimulai dari keluarga.

"Keluarga memiliki peran paling utama dalam mengkomunikasikan paham atau doktrin antiradikalisme sehingga bisa terbendung dari lingkungan terkecil di masyarakat," kata Surya dalam puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-23 yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), hari Sabtu (30/7).

Dia mengatakan, keluarga menjadi tempat utama untuk membangun karakter dan mental anak-anak sejak kecil sehingga nilai-nilai keutamaan tentang kemanusiaan sudah harus ditanamkan sejak dini.

"Keluarga menjalankan fungsi pendidikan, keagamaan, sosial, dan budaya untuk pembentukan karakter, bahkan sejak kehamilan ibu," katanya.

Oleh karena itu, dikemukakannya, dibutuhkan revolusi mental dalam keluarga untuk membentuk keluarga yang kuat dari semua pengaruh buruk yang hanya akan mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan masyarakat.

"Revolusi mental dalam keluarga mengarah pada gerakan baru untuk menggembleng manusia Indonesia yang berhati putih, bersemangat baja, dan berjiwa seperti api yang menyala-nyala," kata dia menirukan pesan Revolusi Mental mantan Presiden RI pertama, Soekarno.

Menurutnya, selain membendung pengaruh radikalisme, keluarga juga berperan dalam melindungi anak-anak sebagai generasi bangsa dari pengaruh narkoba dan kriminal.

"Apapun ancamannya kalau keluarga sudah memiliki benteng yang kuat, maka nilai-nilai yang merusak kehidupan tidak akan masuk dengan mudah," katanya.

Dia menilai, momentum Harganas harus menjadi titik balik untuk mulai membangun dan mempertahankan nilai-nilai dalam keluarga yang mengarah pada pembentukan karakter dan mental yang kuat.

Ia pun mengajak para kepala daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan semua keluarga untuk tetap menjaga keluarga menjadi tempat utama membangun bangsa. "Bukan hanya soal fisik anak, tapi juga pada mental dan jiwa sosial, sehingga keluarga menjadi kunci membangun karakter bangsa," ujar dia. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home