Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 07:07 WIB | Jumat, 10 April 2015

Apa Beda Inteligensia Kristen dengan yang Lain?

Pdt. Yoel Indrasmoro (berdiri kedua dari kanan) bersama para peserta forum Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Nilai-nilai Organisasi Inteligensia Kristen Indonesia" di Gedung Sinar Kasih, Jakarta Timur, Selasa (7/4). (Foto: Dok. satuharapan.com/Kris Hidayat)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketika berbicara mengenai inteligensia Kristen, pertanyaan yang muncul adalah apa yang membedakan inteligensia Kristen dengan inteligensia yang lain. Hal itu disampaikan oleh Pendeta Yoel Indrasmoro dalam forum Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Nilai-nilai Organisasi Inteligensia Kristen Indonesia” di Gedung Sinar Kasih, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (7/4).

“Ada umat yang menanti, ada umat yang mau tahu, dan ada umat yang merasa mungkin ada yang berbeda. Ketika kita bicara soal yang membedakan, menurut saya, cuma satu kata, (yakni) Kristen,” kata Pendeta Yoel kepada peserta forum. Ketika berbicara soal Kristen, ia menambahkan, hanya satu kata yang terbayangkan, yakni kemanusiaan.

Anggota Dewan Redaksi satuharapan.com itu mengutip perkataan Escriva, pendiri Opus Dei yang mengatakan “krisis di dunia ini adalah krisis orang kudus”. Pendeta Yoel mengatakan, kata ‘Kristen’ menolong kita untuk menyiapkan orang-orang kudus di bidangnya masing-masing dan kemanusiaan ini, menurutnya, masih relevan sampai kapan pun.

Ada salah satu tokoh yang sangat terkenal karena kemanusiaannya, yakni Ibu Teresa. Selama lebih dari 47 tahun, ia melayani orang miskin, yatim piatu, sakit, dan sekarat. “Ketika dia (Ibu Teresa) melakukan sesuatu yang nyata, gemanya lebih terpancar,” kata salah satu pendeta di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Jakarta itu.

Oleh sebab itu, Pendeta Yoel mengajak para inteligensia Kristen, khususnya yang tergabung dalam Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), untuk mengambil bagian dalam bidang kemanusiaan. Sebab, orang Kristen tidak bisa dipisahkan oleh sosok Yesus Kristus. “Bahwa Yesus itu (adalah) inkarnasi menjadi manusia, sehingga kalau organisasi tampaknya tidak terasa, ya mungkin memang karena tidak ada yang (bisa) dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya.

Akan tetapi, diakuinya bahwa kegiatan kemanusiaan sangat luas sehingga tidak bisa dikerjakan semuanya karena keterbatasan tenaga. Namun, Yoel mengingatkan, inteligensia Kristen harus memiliki program yang bisa dirasakan, karena bila tidak bisa dirasakan, berarti tidak nyata.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home