Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 07:02 WIB | Selasa, 28 April 2015

Bupati: Ubah Paradigma agar Pembangunan Tidak Hancurkan Persahabatan

Bupati Kaur, Hermen Malik (kanan) dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andriniof Chaniago (kiri) pada Rembug Nasional Dalam Rangka Merumuskan Konstruksi Dan Indikator Pembangunan Di Wilayah Perbatasan Pedalaman Pesisir Pulau-Pulau Kecil Dan Terluar, di Gedung Serbaguna Kementerian PPN, di Jalan Taman Suropati, Jakarta, Senin (27/4).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Paradigma atau anggapan umum tentang hubungan antara industri dan pertanian yang ada di Indonesia harus diubah dari pertanian yang mendukung industri, namun industri juga harus mendukung pertanian.

“Paradigma pembangunan yang  di Indonesia saat ini harus kita ubah, pertanian selama ini mendukung industri nah sekarang industri harus mendukung pertanian, kalau ada industri yang baik pasti berawal dari pertanian yang maju,” kata Bupati Kaur, Provinsi Bengkulu, Hermen, dalam Rembug Nasional Dalam Rangka Merumuskan Konstruksi Dan Indikator Pembangunan Di Wilayah Perbatasan Pedalaman Pesisir Pulau-Pulau Kecil Dan Terluar, di Gedung Serbaguna Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), di Jalan Taman Suropati, Jakarta, Senin (27/4).

“Selama ini kenapa yang dibutuhkan industri dan pertanian hanya mengikuti? Nah sekarang situasinya bagaimana kalau kita balik, jadi kalau petani butuh alat bajak ya industri harus sediakan. Kalau petani butuh pupuk ya kita buatkan,” kata Hermen.

Hermen mengemukakan antara kota dan desa harus diciptakan hubungan saling bergantung karena selama ini kemajuan hanya ada di kota, sehingga desa menjadi bagian yang subordinat apalagi desa di Indonesia sebagian besar infrastrukturnya sangat rendah.

Paradigma lain yang harus diubah adalah hasil dari sebuah proses ekonomi, menurut dia Indonesia harus mengubah  orientasi sebuah proses produksi dari ekspor ke kebutuhan dasar yang massal.

“Selama ini kita memperhatikan ekspor sehingga kita gelagapan saat kebutuhan pangan dan papan kekurangan, selain itu paradigma ekonomi juga harus diubah dari orientasi sekadar produksi ke peningkatan nilai tambah sebuah produk,” menurut dia.  

Hermen menyebut tujuan pembangunan Indonesia banyak melupakan hubungan keharmonisan dalam pembangunan ekonomi sosial dan budaya.

“Selama ini kita lebih terlalu fokus ke pembangunan ekonomi, dan mengabaikan pengembangan sosial dan budaya, akibatnya ukuran kesuksesan seseorang atau sekelompok orang dihitung dengan materi, persahabatan dan kerukunan sosial juga hancur karena alasan ekonomi,” dia menambahkan.  

Dia mengharap pemerintah pusat melakukan keseimbangan di pembangunan guna mencegah disharmoni sosial di masyarakat.

Beberapa waktu lalu, Hermen pernah memberi motivasi tentang pertanian, yang menurut dia kondisi geografis Indonesia harus bisa menciptakan kondisi ketahanan pangan.

“Saya yakin dalam dua tahun sudah bisa mandiri pangan," kata Hermen.

Hermen menjelaskan bahwa kondisi sektor pangan Indonesia terjepit dan terjebak di tengah saling sikut di antara negara serta perusahaan pangan yang bergerak dari hulu sampai hilir. Dunia pertanian Indonesia bergantung kepada sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan alsintan.

Sementara penguasaan susbsitem usaha tani; mulai dari aksesibilitas lahan, air, teknologi, informasi, permodalan, hingga penghancuran kearifan lokal; sedang dan masih terus terjadi. Di sisi lain, lanjutnya, subsistem pengolahan hasil diperangkap oleh sistem rekayasa yang lebih memihak pada perusahaan besar.  

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home