Loading...
INSPIRASI
Penulis: Doni Setyawan 22:04 WIB | Minggu, 26 Mei 2013

Dalam Sebuah Gerbong Kereta

foto: www.bumn.co.id

SATU HARAPAN.COM - Meski panas terik di luar, dalam gerbong terasa dingin karena AC bekerja optimal. Bukan week end, sehingga hanya segelintir penumpang dalam gerbong itu: saya, seorang ibu paruh baya, dan seorang bapak dengan tiga anaknya.

Yang pertama mungkin baru sebelas tahun, yang ragil mungkin baru tiga tahun. Selama berdekatan dengan saya, anak-anak itu berisik dan agresif luar biasa. Berteriak, berlarian, naik turun  di seat Kereta Ekskutif ini. Awalnya, saya tak begitu peduli dengan tingkah mereka. Namun, ibu paruh baya itu mulai terganggu. Sembari marah, ibu itu mendekati Si Bapak dan berkata, ”Bapak, bolehkah saya meminta Bapak mengurus anak-anak Bapak? Saya terganggu karena ulah anak-anak Bapak!”

Bapak itu diam saja, seolah tidak terjadi apa-apa. Hingga pada suatu kesempatan, saat anak-anak itu makin liar saja, dan nada protes kami semakin lantang, bapak itu angkat bicara, ”Biarkan anak-anak itu bergembira. Saya sengaja mengajaknya ke desa asal kami semua. Anak-anak itu sedang bersedih, ibunya kemarin siang baru saja dimakamkan. Itulah cara anak-anakku menghilangkan segala sedih dan rasa kehilangan.”

Sekejap seluruh tubuhku diam dan menjadi dingin. Kukira anak-anak itu kurang perhatian orang tua, yang membuat mereka liar tak terkendali. Bisa jadi, anak-anak itu sedang berupaya menepis luka dan duka karena berpisah selamanya dengan Sang Ibu.

Hanya melihat dan kemudian menilai sesuatu dari sisi luar itu amat berbahaya. Akan lebih baik, jika kita mau mengenalnya lebih dalam. Karena dengan mengenal, kita akan lebih mudah memahami. Dan itulah yang kupelajari dalam gerbong ini.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home