Loading...
ANALISIS
Penulis: Sabar Subekti 13:33 WIB | Selasa, 19 Juli 2016

Dituduh Dalang Kudeta Turki, Siapa Gulen?

Fetullah Gulen, ulama Muslim Sunni pencetus gerakan Hizmet yang dikenal moderat dan pengritik Erdogan. Dia dituduh dalang kudeta Jumat (15/7). (Foto: dari Hurriyet)

SATUHARAPAN.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menuduh bahwa kudeta yang gagal di Turki hari Jumat (15/7) didalangi oleh Fetullah Gulen, seorang ulama Turki moderat yang semula adalah sekutu dekat Erdogan.

Banyak analisis yang menyebutkan bahwa kudeta itu mempunyai latar belakang dari perdebatan politik di Turki. Rivalitas itu melibatkan isu tentang Turki sebagai negara sekuler sebagaimana didirikan oleh pendiri Turki, Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1923 dan kelompok yang menghendaki Turki sebagai negara Islam.

Kelompok pertama disebutkan didukung oleh Fetullah Gulen, yang pada tahun 1999 melarikan diri ke Amerika Serikat,  termasuk didukung oleh kelompok militer. Kelompok yang menghendaki Turki menjadi negara Islam didukung kelompok fundamentalis, dan partainya Erdogan, AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan).

Erdogan sendiri telah beberapa tahun ini berusaha keras untuk membersihkan Turki dari para pengritik dan pendukung Gulen, termasuk menyerang dan mengambil alih media massa dan bank milik pendukung Gulen. Pasca kudeta yang agagal Erdogan tampaknya akan membersihkan Gulenist di tubuh militer dan pemerintahan.

Siapa Fetullah Gulen

Fetullah Gulen adalah seorang ulama Muslim Sunni yang dikenal moderat. Dia berusia 75 tahun, dan sejak 1999 menetap di Saylorsburg, Pennsyvlania, Amerika Serikat. Namun sejumlah media internasional menyebutnya dia jarang berbicara kepada wartawan, bahkan juga menolak permintaan wawancara terkait tuduhan sebagai dalang kudeta.

Gulen, oleh Erdogan dalam beberapa tahun, disebut sebagai dalang gagasan ‘’negara paralel’’ yang mengindikasikan dia sebagai pemberontak, dan dia telah dijatuhi hukuman (in absecia) 23 tahun penajara.

Namun pendukungnya menggambarkan dia sebagai seorang ulama moderat yang banyak melakukan dialog lintas agama, termasuk dengan Paus Yohanes Paulus II di Vatikan pada 1990-an, dan juga banyak bertemu dengan pemimpin Kristen Turki dan masyarakat Yahudi di sana.

Gulen memiliki banyak pengikut yang setia yang di Turki dikenal sebagai Gulenists , dan mereka menyebut diri sebagai  gerakan Hizmet, sebuah inisiatif global yang terinspirasi oleh Gulen.

Harian AS, The New York Times, menggambarkan dia sebagai  ulama "moderat dari Islam Sunni,’’ banyak didukung oleh kaum terdidik Turki, dan sebagian menyebutnya pro Barat. Organisiasi non pemerintah yang didirikan oleh gerakan Hizmet mengelola ratusan sekolah, pusat bimbingan belajar gratis, rumah sakit dan lembaga bantuan, dan bank, serta mengelola berbagai program untuk mengatasi berbagai masalah sosial di Turki.

Gulen dan gerakan Hizmet disebutkan juga membangun jaringan global sekolah dan universitas yang beroperasi di lebih dari 100 negara. Di AS, gerakan di bidang akademik meliputi Harmony Public Schools, dan jaringan sekolah terbesar di Texas.

Di Turki, relawan dalam gerakan Gulen ini juga mengelola stasiun televisi sendiri, surat kabar dengan sirkulasi terbesar, memiliki  tambang emas, dan setidaknya  mempunyai satu bank Turki. Namun media massa ini menjadi sasaran Erdogan dengan mengadili para pemimpin dan editornya, dan mengambil alih pengelolaan, termasuk sebuah bank, Bank Asya yang diambil alih oleh otorita moneter Turki.

Namun oleh pemerintah Turki kelompok pendukung Gulen ini dinyatakan sebagai organisasi pemberontak, dan tahun lalu dinyatakan sebagai organisasi teroris.

Apakah Gulen Terlibat Kudeta?

Erdogan dan pendukungnya, terutama partai AKP jelas menuduh Gulen berada di balik kudeta yang gagal. Bahkan beberapa tahun sebelum itu, kritikan-kritikan terhadap Erdogan disebutkan dilakukan oleh Gulenist, dan mereka yang sekarang dipenjara atau dalam proses pengadilan juga disebutkan sebagai pendukung ‘’negara paralel.’’

Gulen memang terkenal sebagai pengritik Erdogan, meskipun partainya, Partai Refah, ikut mengantar  AKP memenangi Pemilu 2002. Gulen menyalahan pemerintahan Erdogan yang korupsi, sikapnya pada pemberontak Kurdi, bahkan menyalahkan dalam kasus kapal Mavi Marmara yang membuat putus hubungan dengan Israel. Namun tahun ini terjadi kesepakatan pemulihan.

Dalam sebuah pernyataan, Gulen membantah terkait dengan upaya kudeta, dan bahkan sebaliknya menilai hal itu sebagai direncanakan. "Sebagai seorang yang menderita di bawah beberapa kudeta militer selama lima dekade terakhir... Saya tegas membantah tuduhan tersebut," kata Gulen.

Pendukungnya yang tergabung dalam  Alliance for Shared Values on Developments in Turkey (Aliansi Berbagi Nilai dan Pembangunan di Turki) dalam pernyataan hari Jumat mengatakan,"Selama lebih dari 40 tahun, Fethullah Gulen dan anggota Hizmet menganjurkan dan menunjukkan komitmen mereka untuk perdamaian dan demokrasi. Kami mengutuk setiap intervensi militer dalam politik dalam negeri Turki. Tuduhan oleh kalangan pro Erdogan (terhadap) gerakan itu sangat tidak bertanggung jawab."

Kalangan pendukung Erdogan telah menuduh bahwa Gulenist telah menyusup ke kalangan milter, polisi dan pengadilan. Namun Gulen sendiri selalu membantah keterlibatan dalam konflikpolitik di Turki.

Beberapa Kali Kudeta di Turki

Turki sendiri telah mengalami sejumlah kudeta sejak berdiri tahun 1923. Kudeta tahun 1960 melibatkan Presiden dan Perdana Menteri serta partai oposisi melawan militer. Kudeta kedua, tahun 1971, ketika Turki menghadapi resisi ekonomi, dan kemudian menyebabkan militer terlibat dalam pemerintahan, dan pemerintahan diserahkan pada kelompok sayap kanan.

Pada tahun 1980, kudeta dilakukan oleh militer dan menjalankan hukum darurat militer. Kemudian tahun 1997, kudeta yang tanpa mengerahkan militer, tetapi pihak militer merasa tidak nyaman karena Partai Islam Sejahtera yang berkuasa tidak kunjung membangun koalisi permanen setelah memenangi Pemilu 1995.

Ketika itu Perdana Menteri Turki, Necmettin Erbakan, ditemui petinggi militer yang memaksa agar pemerintah menjalankan sejumlah saran-saran mereka, antara lain tentang larangan berhijab, membatasi pendidikan agama, dan beragam kebijakan sekuler lainnya.

Erbakan juga dipaksa mundur pada 1998, lalu dilarang berpolitik selama lima tahun. Partainya bubar. Erdogan adalah anggota Partai Islam Sejahtera,  yang kemudian ikut mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), partai yang berkuasa sekarang. Partai ini membawa Erdogan menjadi perdana menteri selama 12 tahun, dan kini sejak 2014 menjadi Presiden Turki.

Turki Ingin Gulen Diekstradisi dari AS

Erdogan dan pemerintah Turki telah meminta agar Gulen diektradisi dari AS. Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, dan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry diperkirakan akan bertemu di sela-sela pertemuan internasional tentang perang melawan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS) pada 20-21 Juli. Cavusoglu mungkin akan menggunakan kesempatan untuk mendesak AS mengekstradisi Gulen.

Setidaknya, itu kesempatan bagi Cavusoglu untuk menjelaskan tentang upaya kudeta yang gagal. Namun ini bisa menjadi upaya yang besar, karena Uni Eropa dan negara-negara Eropa, misalnya, sejak awal mendesak Turki untuk tetap dalam koridor hukum dalam penyelidikan terhadap tersangka pelaku kudeta.

Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim menegaskan seruan Turki kepada AS hari Senin (18/7) setelah rapat kabinet. "Turki mungkin mempertanyakan persahabatan dengan AS" jika permintaan Turki tidak ditanggapi.

Namun Kerry, telah menyampaikan kepada Turki bahwa AS memnita Ankara mengirimkan bukti untuk mendukung ekstradisi Gulen.  Kerry mengatakan pada Senin (18/7) bahwa Turki harus memberikan bukti asli bahwa mampu menahan pemeriksaan ketika meminta ekstradisi bagi Gulen.

"AS memiliki proses formal untuk menangani permintaan ekstradisi; Turki harus mengirimkan bukti, bukan tuduhan," kata Kerry dalam konferensi pers di Brussels.

AS juga meminta Turki menegakkan standar tertinggi dengan menghormati lembaga-lembaga demokratis dan hukum. ‘’Kami pasti akan mendukung membawa para pelaku kudeta dihadapkan ke keadilan, tetapi kami juga berhati-hati terhadap upaya yang melampaui itu," katanya.

Rivalitas Gulen dan Erdogan tampanya mempunyai akar yang jauh dan mendalam pada perjalanan sejarah Turki yang keduanya merepresentasikan kelompok yang terus saling bertentangan. Erdogan telah melancarkan upaya membersihkan Gulenist, namun mungkin tidak sampai pada mengatasi masalah utama dalam internal Turki.

Apalagi sekarang Turki menghadapi imbas perang Suriah dan Irak, mengatasi pemberontakan oleh kelompok Kurdi, dan instabilitas regional. Di sisi lain, perjuangannya untuk bergabung dengan Uni Eropa terlihat semakin berat. Dan Fetullah Gulen akan menjadi target utama, terlepas apakah karena dia terlibat kudeta, atau dijadikan kambing hitam. Dan dibelakang Gulen adalah gerakan Hizmet yang punya akar di Turki maupun jaringan internasional.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home