Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Kartika Virgianti 15:33 WIB | Jumat, 23 Mei 2014

DKI Selenggarakan Jakarta International 10K Ke-11

(dari kiri ke kanan) Kepala Dinas Olah Raga DKI, Ratiyono, Wagub DKI, Basuki TP, dan Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia, Arshad Chaudhry. (Foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Olahraga (Disorda) DKI menyelenggarakan Jakarta International 10 K 2014 untuk ke-11 kalinya pada 8 Juni 2014 mendatang. Namun ada yang membedakan acara tahun ini dengan tahun kemarin, yaitu teknologi chip timing yang digunakan.

“Target pesertanya 35.000 orang, dan ada satu kemajuan, di tahun ini kita menggunakan timing chip, dengan sistem itu untuk mencatat akurasi data ketika pelari mulai berlari dari garis start dan sampai finish, jadi tahun ini kita gunakan teknologi seperti itu,” kata Ratiyono selaku Kepala Disorda DKI, usai rapat dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan Panitia Jakarta International 10 K 2014 di Balai Kota, Jumat (23/5) siang.

Acara tersebut, kata Ratiyono total anggaran dari Pemprov DKI sendiri mencapai Rp 3 miliar, meliputi hadiah termasuk doorprize yang totalnya sebesar Rp 950 juta. Sedangkan dari pihak Milo menyediakan produk seperti kaos peserta, promosi, dan free product. Kegiatan ini akan diikuti oleh pelari Internasional, seperti dari Kenya.

“Kategorinya ada tiga, pelari elit, pelari umum, dan pelajar. Anggaran dari Disorda hampir Rp 3 miliar, dengan rute dari Monas sampai Atma Jaya, karena menyesuaikan adanya proyek MRT,” kata Ratiyono.

Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia, Arshad Chaudhry mengatakan Milo selalu mensponsori kegiatan olahraga di Jakarta sejak lima tahun terakhir, dengan komitmen mendorong gaya hidup sehat terutama untuk anak-anak, milo memberikan energi yang dibutuhkan untuk olahraga dan beraktivitas sehari-hari.

“Milo akan berpartisipasi memberikan free product seperti kaos peserta, timing chip untuk 10.000 pelari. Dengan kegiatan ini, masyarakat didorong untuk lebih tergerak berolahraga dan melakukan gaya hidup sehat,” tutur Chaudhry.

Basuki mengatakan berterima kasih kepada Milo karena selalu berpartisipasi dalam penyelenggaraan acara ini, meskipun ia menambahkan dirinya sebenarnya tidak menyukai olahraga lari.

“Saya tidak suka lari, di kampung saya kan tidak bisa lari, bisanya berenang. Tapi terima kasih pada Milo atas partisipasinya untuk acara DKI, sekalian tadi saya tawarkan mau sumbang bus tingkat untuk Jakarta tidak?” ujarnya di sertai tawa.

Selain itu, diucapkan Basuki pula, Pemprov DKI saat ini tengah berupaya membangun sarana olahraga di perkampungan kumuh. Hal itu sudah disampaikan kepada Disorda DKI untuk membeli tanah untuk dibangun lapangan olahraga seperti badminton, voli, basket, dan jenis olah raga lainnya.

Sama seperti sebelumnya melalui Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI, Pemprov DKI membeli tanah untuk dibangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) seperti taman kota. Fasilitas olahraga tersebut diharapkan bisa dibangun sampai ke tingkat RW.

Maka Basuki menegaskan target Pemprov DKI selain penambahan RTH, juga akan dibangun sarana olahraga. “Diharapkan dengan menyediakan ini, saya yakin energi dan prestasi anak-anak bisa tersalurkan, sehingga kenakalan remaja di Jakarta bisa berkurang,” harapnya.

“Kalau ke GOR (gelanggang olahraga), orang miskin kan minder, kelompok yang ingin olahraga di sana harus patungan membayar, kalau begitu sudah komersil, belum jarak ke GOR dari rumah mereka jauh harus mengeluarkan ongkos transportasi. Tapi kalau dekat rumah, jangankan anak remaja, ibu-ibu juga bisa olah raga di sana, sehingga kesehatan masyarakat bisa meningkat,” urai Basuki.

Basuki berharap pihak Milo akan bersedia pula menjadi sponsor pembangunan lapangan olahraga tersebut. Tetapi kalau tidak mau sekalipun, Pemprov DKI akan menawakan ke perusahaan lain yang sekiranya berkenan. Pembangunan sarana olahraga diprioritaskan terlebih dahulu pada 10 kelurahan rawan di DKI.

Seperti diketahui berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI tahun 2013, terdapat 10 kelurahan yang memiliki Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) tertinggi, yaitu Kampung Rawa-Jakarta Pusat, Kali Baru-Jakarta Utara, Penjaringan-Jakarta Utara, Galur-Jakarta Pusat, Kampung Melayu-Jakarta Timur, Ancol-Jakarta Utara, Tanah Tinggi-Jakarta Pusat, Kartini-Jakarta Pusat, Manggarai-Jakarta Selatan, Lagoa-Jakarta Utara.

IPKS yang dinyatakan tertinggi itu mencakup enam indikator, yaitu kemiskinan, lingkungan kesehatan (misalnya saluran air kotor, tumpukan sampah, bantaran sungai, kejadian demam berdarah tinggi), prasarana fisik (misalnya rawan banjir, rawan kebakaran, permukiman kumuh, kepadatan penduduk), modal sosial (misalnya keberadaan tempat ibadah, kerja bakti, arisan, pembinaan sosial), keamanan (misalnya kejadian tindak pidana, tawuran, keberadaan tenaga keamanan), ekonomi (bank, pegadaian, perusahaan jasa, industri besar dan sedang)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home