Loading...
INDONESIA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 18:00 WIB | Selasa, 31 Mei 2016

Dokter Boyke Talk Show di KPK

Dokter Boyke usai mengisi talkshow bersama pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hari Selasa (31/5). (Foto: Febriana DH)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dokter sekaligus seksolog Indonesia, Boyke Dian Nugraha (Dokter Boyke), menjenguk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) guna berbagi pandangan-pandangannya mengenai bagaimana membina keluarga sehat dan harmonis.

“Saya datang ke sini untuk mengisi talk show dengan pemimpin KPK, keluarga KPK juga ingin harmonis,” kata Boyke, di depan gedung KPK, Jakarta, hari Selasa (31/5).

Boyke berharap keluarga-keluarga di Indonesia bisa menciptakan generasi penerus yang lebih baik ke depannya.

“Saya tadi juga berbicara mengenai kanker serviks serta berbagi cara agar keluarga dapat menjaga keharmonisannya. Hal itu tentu dimaksudkan agar mampu menciptakan generasi penerus bagi Indonesia yang lebih baik,” katanya.

Dikatakan pula oleh Boyke, pentingnya pembentukan keluarga harmonis adalah agar tidak ada lagi ‘predator seksual’ di tengah-tengah masyarakat.

Selain itu, menurutnya, pendidikan seks di dalam keluarga penting adanya.

 “Pendidikan seks sangat diperlukan dalam rangka ketahan keluarga dalam menghadapi kasus-kasus pelecehan seksual dan perkosaan,” ujar Boyke.

Ketika ditanya mengenai hukuman kebiri yang baru saja diluncurkan pemerintah bagi pelaku kekerasan seksual di Indonesia, ia pun mengapresiasi hal itu.

“Kita harus mengapresiasi langkah pemerintah di dalam memberikan pemberatan terhadap pelaku kekerasan seksual, tapi tentu jangan lupakan hulu-hulunya untuk juga diperbaiki,” katanya.

Namun, dalam hal ini, dikatakan oleh Boyke bahwa Ikatan Dokter Indonesia (IDI ) sebenarnya tidak sepenuhnya menyetujui adanya hukum kebiri.

“IDI tidak setuju karena melihat hal ini seperti bentuk penyiksaan. Ya masakan sudah sakit dibuat sakit lagi? Efek dari kebiri adalah laki-laki menjadi perempuan, yakni payudaranya tumbuh, bulunya rontok, ototnya melemas, mudah terserang sakit jantung, dan pada akhirnya mudah depresi dan meninggal dunia,” ujar Boyke.

Ia melihat hukuman mati lebih manusiawi ketimbang hukuman kebiri.

“Saya lebih suka hukuman mati. Hukuman mati akan lebih manusiawi, atau bisa juga pelaku dikucilkan saja di suatu pulau seperti Penjara Alkatras dan direhabilitasi melalui pembinaan. Itu akan jauh lebih oke,” katanya.

Boyke berharap pemerintah dapat melihat dampak dari hukuman kebiri. Ia berharap tak aada dampak yang mengkhawatirkan bagi masyarakat.

“Ketika pelaku kembali ke masyarakat, stigma atau dendam terhadap kejahatan seksualnya kan masih ada. Jadi sebisa mungkin kita harus mencegah hal seperti itu terjadi,” ia menambahkan.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home