Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 00:41 WIB | Rabu, 04 September 2013

Festival Teater Anak di TIM, Ciptakan Generasi Teater

Festival Teater Anak di TIM, Ciptakan Generasi Teater
Tempat berlangsungnya Festival Teater Anak. (Foto: Ignatius Dwiana)
Festival Teater Anak di TIM, Ciptakan Generasi Teater
Acep S Martin, panitia Festival Teater Anak.
Festival Teater Anak di TIM, Ciptakan Generasi Teater
Si Nyum Nyum, Bidadari, dan Kurcaci, yang dipentaskan Teater Scala.
Festival Teater Anak di TIM, Ciptakan Generasi Teater
Si Nyum Nyum, Bidadari, dan Kurcaci, yang dipentaskan Teater Scala.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Generasi teater terus diciptakan agar perkembangan kebudayaan terus berjalan. Penanaman rasa keindahan sejak awal nantinya juga akan membentuk manusia dewasa yang memiliki rasa keindahan, kesenian, dan kebudayaan. Konsep itu menjadi latar belakang penyelenggaraan Festival Teater Anak yang diselenggarakan Lembaga Teater Jakarta bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Propinsi Jakarta.

“Ketika wilayah bermain mereka sudah sangat minim, teater menjadi satu peluang untuk bermain, menyatakan cita rasa mereka, pikiran, dan segala macamnya. Minimal dari segi pembentukan karakter, teater memberikan kontribusi.” Kata Acep S Martin, panitia Festival Teater Anak.

Menurut Acep S Martin yang mengaku sangat dekat dengan dunia anak dan mempunyai sanggar teater anak berpendapat keajaiban panggung bahkan dapat mengubah anak pemalu menyatakan isi hatinya. Antuasiasme bagus atas Festival Teater Anak dari anak-anak, orang tua, dan sekolah juga baik.

Para peserta Festival Teater Anak ini terbatas untuk usia 5 – 14 tahun atau anak setara SD hingga SMP. Festival Teater Anak ini berlangsung dari Minggu (1/9) hingga Rabu (4/9) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

Festival Teater Anak  ini merupakan festival kesebelas dan diikuti 20 komunitas teater dari Jabodetabek.

“Festival Teater Anak ini merupakan festival satu-satunya se-Jakarta. Karena festival yang berhubungan dan mengangkat khusus teater anak ini tidak ada.” Kata Acep S Martin yang mengaku mengidam-idamkan sebuah festival teater anak berskala nasional.

Acep S Martin mengatakan teater anak merupakan media pembelajaran. Minimal ketika anak tampil di atas panggung, teater menjadi sebuah media yang mendorong anak berani tampil. Hal ini mengingat minimnya media untuk anak tampil di Jakarta.

Teater Sakura dari SMPK Bala Keselamatan merupakan salah satu komunitas teater yang tampil dalam Festival Teater Anak ini. Teater ini sudah pentas yang ketujuh kalinya ke publik.

Simon Karsimin, Guru Teater Sakura dari SMPK Bala Keselamatan, menjadikan teater sebagai media pembentukan karakter anak. Dia mengajar dan mendidik anak-anak melalui teater. Melalui kisah yang ditulisnya “Menangkap Hantu”, dia menyampaikan pesan-pesan moralnya.

“Bangsa ini tidak jujur, egois, itu dimiliki sejak masih anak-anak, waktu kecil. Ini yang kita angkat. Ketika sejak kecil sudah seperti itu, besarnya jadi koruptor.” Kata Simon Karsimin.

Kisah “Menangkap Hantu” menceritakan tentang anak bernama Yoyok. Anak ini tergiur dengan pohon jambu selalu berbuah lebat yang berada di lapangan, tempat biasa anak-anak kampung bermain. Karena berniat ingin menguasai pohon jambu itu, Yoyok kemudian menciptakan kisah hantu yang mendiami pohon jambu. Kisah hantu diciptakan untuk menakut-nakuti anak-anak kampung supaya menjauhi pohon jambu itu.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home