Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 09:37 WIB | Rabu, 08 Juni 2016

Gambar Bendera OPM Bertahan di Darwin walau Diprotes RI

Mural Bendera Bintang Kejora di kota Darwin sedang mendapat pengecatan akhir oleh seorang aktivis Papua Merdeka, Piter Elaby pada Australian Day, 2016 (Foto: Felicity James/ABC News)

DARWIN, SATUHARAPAN — Konsulat Indonesia di kota Darwin, Australia, Andre Siregar, menyangkal ia menekan pemilik dinding yang dilukisi bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM), tapi ia sudah melaporkan keberadaan mural itu ke Jakarta.

“Ini sesuatu yang kita hargai, kita harus hargai, tapi tolong bukan itu (mural bendera OPM), itu menyinggung kami,” kata Siregar, seperti dilaporkan oleh abc.net.au.

Andre Siregar, berbicara sebagai perwakilan Indonesia di Darwin, mengatakan ia telah menyampaikan posisi Indonesia tentang permasalahan Papua.

“Tentu saja itu adalah bendera kelompok separatis — mereka ingin Papua Barat menjadi sebuah negara yang berarti pisah dari Indonesia,” kata Siregar.

“Mereka mengabaikan 2,5 juta orang Papua yang telah mengikuti pemilu dan menyumbangkan suaranya, dan 3,9 juta penduduk Papua yang juga tinggal di sana."

"Jadi sebagai wakil pemerintah di Darwin saya telah menyampaikan situasi ini kepada Pemerintah Indonesia, (dan) kami tidak ingin mereka kurang informasi”.

Andre Siregar mengatakan kepada abc.net.au,  bahwa dia orang yang terakhir yang mengetahui adanya “tekanan eksternal”  untuk menghilangkan mural itu, seperti diberitakan oleh media.

"Saya kira saya yang menyadarinya paling akhir, bahwa seseorang merasa tertekan, dan seseorang ingin dinding mereka bersih, seseorang harus memilih orang lain untuk disalahkan," kata Siregar.

Siregar mengatakan bahwa pemilik bangunan, Carlo Randazzo, wakil konsul kehormatan Italia, telah menghubunginya tentang masalah ini pekan lalu.

“Dia hanya mengatakan ‘kami akan membersihkannya’, saya berkata ’itu dinding Anda, itu dinding Anda', ” kata Siregar.

"Saya juga berbicara santai dengan Peter Styles tentang hal ini, dan dia sebagai Menteri Multikultural, akan mencatat itu. Tapi sekali lagi saya belum benar-benar menindaklanjuti diskusi ini.”

Masalah Bergejolak Setelah ‘Tekanan Eksternal’

Isu mural bendera Papua Barat di pusat kota berkobar setelah seniman yang melukis itu diminta untuk melukis ulang oleh salah seorang karyawan dari Randazzo Propeties pada bulan Juni 2015.

Email ke seniman menyebutkan “tekanan eksternal” sebagai alasan untuk tiba-tiba mendesak penghapusan mural.

Mural itu sendiri juga menggambarkan bendera Aborigin, dan dicat sebagai simbol solidaritas antara kedua kelompok.

Siregar mengatakan Konsulat Indonesia menghormati kebebasan berekspresi di Australia, dan ia juga menjelaskan kepada  pejabat Indonesia yang mengunjungi kota itu, bahwa mural bendera Papua Barat tidak selalu mencerminkan posisi Australia.

"Sekarang setelah delapan bulan ada banyak penduduk setempat  yang juga datang ke saya dan mengatakan kepada saya ' bendera apa itu?'," ujar Siregar.

Siregar juga mengatakan Indonesia sedang bekerja untuk meningkatkan catatan hak asasi manusia di Papua.

"Jika ada beberapa kekhawatiran tentang HAM, sebagai negara berkembang kita semua berjuang untuk memastikan tidak ada lagi pelanggaran HAM, bahkan jika ada pelanggaran, kami berkomitmen untuk meluruskan kesalahan-kesalahan." (kav/abc.net.au)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home