Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 11:31 WIB | Jumat, 05 Mei 2017

Gustama Mulyana Buka Studio Seni dengan "Mitoni"

Ilustrasi poster "Mitoni" di Gustama art studio Kebondalem No. 86 Pendowoharjo Sewon, Bantul. (Foto: Gustama art studio)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perupa asal Kudus yang menetap di Yogyakarta Gustama Mulyana akan membuka studio seni miliknya pada Minggu (7/5).

Dengan mengangkat tema upacara adat "Mitoni" studio seni Gustama Art Studio yang berada di Kebondalem No. 86 Pendowoharjo Sewon, Bantul akan dibuka bagi masyarakat umum (open studio) dengan menggelar beberapa karya Gustama dan perupa Yogyakarta lainnya dalam berbagai bentuk karya seni rupa: sketsa, drawing, maupun lukisan.

Dalam tradisi Jawa, upacara adat yang telah menjadi tradisi amat luas cakupannya, di antaranya berkenaan dengan daur hidup manusia, peribadatan keagamaan, dan persahabatan manusia dengan alam. Upacara adat yang berkenaan dengan daur hidup manusia dimulai dari ketika manusia masih berbentuk janin berusia tujuh bulan (mitoni; tingkeban), lahir (brokohan), putus tali pusarnya (pupak puser; puputan) pemberian nama (njenengi), aqiqah (kékahan), turun ke tanah (tedhun lemah; tedhak sitèn), khitanan anak laki-laki (sunatan; supitan) dan perempuan (tetesan), menikah (omah-omah), dan meninggal dunia (tilar donya) dengan segala rangkaian upacara setelahnya.

Di samping upacara daur hidup, terdapat pula upacara ruwatan, yakni suatu upacara yang dimaksudkan untuk “membersihkan” pengaruh buruk (sukerta) yang mungkin timbul pada diri seseorang.

Mitoni atau selamatan tujuh bulanan, dilakukan setelah kehamilan seorang ibu genap usia tujuh bulan atau lebih. Dilaksanakan tidak boleh kurang dari 7 bulan, sekalipun kurang sehari. Belum ada neptu atau weton (hari masehi + hari Jawa) yang dijadikan patokan pelaksanaan, yang penting diambil hari Selasa atau Sabtu.

Tujuan mitoni atau tingkeban agar ibu dan janin selalu dijaga dalam kesejahteraan dan keselamatan (wilujeng, santosa, jatmika, rahayu). Menurut tradisi, hidangan pelengkap lain adalah Kolo kependem (kacang tanah, singkong, talas), kolo gumantung (pepaya), kolo merambat (ubi/ketela rambat); kacang tanah, singkong, talas, ketela, pepaya.

Ritual untuk anak pertama pada ritual mitoni adalah siraman, memasukkan telor ayam kampung di dalam kain calon ibu dilakukan oleh calon bapak, ganti baju tujuh kali, brojolan (memasukkan kelapa gading muda), memutus benang lawe atau lilitan benang (atau janur), memecah wajan dan gayung, mencuri telor dan terakhir kendhuri.

"Mitoni berasal dari kata pitu yang artinya angka tujuh. Pitu juga dapat dikonotasikan sebagai pitulungan yang berarti pertolongan. Sebentuk doa mohon pertolongan untuk ibunda (yang sedang mengandung), serta kelancaran persalinan nantinya. Dan kelak anak menjadi pribadi yang baik dan berbakti," kata Gustama kepada satuharapan.com, Jumat (21/4).

Gustama memaknai mitoni sebagai pesan kebaikan yang terkandung dalam upacara adat mitoni dengan semangat yang dituangkan dalam karyanya dalam bentuk open studio sekaligus untuk menyapa (kembali) dan memberi hormat kepada khalayak seni rupa Yogyakarta sekembalinya berproses selama lima belas tahun di sebuah kota pesisir utara Jawa, Kudus.

Beberapa waktu lalu di Omah Petruk Kaliurang-Yogyakarta, koreografer muda Kinanti Sekar Rahina membuat acara adat "Mitoni" saat mengandung tujuh bulan anak pertamanya yang dikemas dalam sebuah pertunjukan tari.

Open studio "Mitoni" akan dibuka oleh perupa Totok Buchori Minggu (7/5).

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home