Loading...
INSPIRASI
Penulis: Gregorius Silimbulang 04:58 WIB | Kamis, 01 September 2016

Hari Sabat: Menata Kehidupan Pribadi

Haruskah kesulitan mengingatkan kita?
Jenuh kerja (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Saya menemukan diri sebagai campuran flexible person ala papa dan task oriented ala mama. Tak jarang keduanya berebut perhatian. Ada saat di mana saya bersemangat mengerjakan tugas hingga lupa waktu, tetapi sering juga banyak tanggung jawab terabaikan. Di tengah dunia yang menuntut konsentrasi tinggi, kita semua mafhum bahwa kegagalan menetapkan disiplin akan berakibat fatal. Dengan kecenderungan diri macam begini, bagaimana kehidupan saya bisa tertata?

Dalam bukunya Menata Dunia Pribadi Meniti Sukses Sejati, Gordon MacDonald menyatakan bahwa kehidupan yang tertata dari dalam diri sanggup mengendalikan kehidupan luar kita. Akarnya adalah motivasi murni: terpanggil dan bukannya terdorong.   

Sulit membayangkan bagaimana jadinya pribadi terdorong membuat sebuah transformasi. Paling banter hanya pengejaran pengakuan dan kenikmatan. Sementara pribadi yang terpanggil sanggup melangkah dengan arah dan gairah yang jelas. Sehingga kendati sulit, seseorang tetap fokus, bersemangat, dan tak menghiraukan kepentingannya.

Dalam bukunya itu, turut MacDonald menekankan pemanfaatan waktu, akal budi, dan ritme Sabat (hari istirahat) sebagai penolong hidup dalam dunia yang tergesa-gesa. Penjelasannya itu tampak jelas ketika saya mengunjungi orangtua teman yang sedang  dirawat di rumah sakit beberapa waktu lalu.

”Sakit apa?” tanya saya mau tahu.

”Sepertinya ini adalah akumulasi kelelahan,” jawab teman saya. Ia lalu berkisah bagaimana pada hari Minggu sehabis makan siang orangtuanya mengucek baju saat seharusnya istirahat siang. Itulah yang menyebabkannya muntah berkali-kali, dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit.

Benarlah apa yang dikatakan para pakar spiritualitas kristiani: ”Bukan kita yang menjaga Sabat, tetapi Sabatlah yang menjaga kita." Di tengah ritme kehidupan yang tinggi, tuntutan karir dan persaingan yang amat tinggi, Sabat menjadi engsel yang menjaga putaran dan peralihan kehidupan tetap halus dan terasa ringan.

Menata kehidupan pada akhirnya bukan hanya soal manajemen waktu. Ia menyangkut bagaimana panggilan, waktu, akal budi, dan Sabat harus tertata apik. Kita semua punya gejala ketidakteraturan yang menuntut penataan segera. Haruskah kesulitan mengingatkan kita?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home