Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta 11:35 WIB | Jumat, 19 April 2013

Indonesia Butuh Tayangan Cerdas dan Kreatif

Indonesia Butuh Tayangan Cerdas dan Kreatif
Komisaris Trans Corp., Ishadi SK (foto :DEDY ISTANTO)
Indonesia Butuh Tayangan Cerdas dan Kreatif
Indonesia Broadcasting Expo 2013 (www.kpi.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Untuk mewujudkan siaran televisi yang mencerdaskan, yang diperlukan adalah pelaku industri televisi yang cerdas dan kreatif. Hal ini ditegaskan oleh Ishadi SK selaku Komisaris Transcorp di sela seminar bertema “Spirit Indonesia: Membangun Media Penyiaran yang Mencerdaskan” pada Pameran Dunia Penyiaran Indonesia 2013 (Indonesian Broadcasting Expo 2013), Kamis (18/4) kemarin di Balai Kartini.

Saat ini kita menghadapi kendala-kendala menampilkan pelawak yang cerdas, oleh karena itu berdasar pengalaman kami dulu di Transcorp pernah ada pelawak-pelawak yang cerdas dan mereka pernah menjadi bagian program Xtravaganza, yang saya tekankan adalah mereka melawak tidak sekedar sebagai artis atau pekerja industri di dunia hiburan, tetapi tetap kami bimbing dengan skenario yang mencerdaskan pemirsa,” tuturnya.

Dalam kaitannya dengan pernyataan tersebut, ia menambakan bahwa setiap media televisi harus didukung pula oleh tim kreatif yang mumpuni. Ishadi menambahkan, “Dewasa ini media televisi mulai menjamur, khususnya dunia hiburan sehingga tim kreatif harus mengolah tayangan-tayangan hiburan sedemikian rupa sehingga tayangan dapat dinikmati dengan wajar," katanya.

Sehubungan dengan media televisi yang mencerdaskan bangsa, Ishadi SK menambahkan apabila media sudah dapat mencerdaskan sesuai dengan tema dari seminar tersebut, maka akan mudah untuk menyatukan visi dan misi membangun bangsa.

Nah, lihat saja peristiwa bom Boston. Tayangan yang ada di televisi-televisi internasional lebih banyak menayangkan porsi tayangan yang menyentuh, contohnya menayangkan masyarakat yang tolong-menolong membantu korban sekaligus menayangkan komentar-komentar positif dari para pejabat yang membangun mental dan spiritual para korban bom. Coba bandingkan dengan Indonesia, kalau setelah peristiwa bom bunuh diri di negara kita terjadi, maka yang ada malah peliputan berita tentang mereka yang 'pro' dan 'kontra' terhadap pelaku bom bunuh diri tersebut sehingga malah melukai perasaan masyarakat," tutur Ishadi lagi.

Dalam kesempatan tersebut Ishadi SK juga berterimakasih kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selaku salah satu penyelenggara pameran dunia penyiaran ini karena salah satu tugas KPI saat ini sudah dilaksanakan oleh masyarakat, yakni fungsi literasi media bahwa masyarakat sudah kritis karena dapat mennentukan, memahami dan memanfaatkan media.   

Pameran ini terselenggara atas kerjasama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) Badan Layanan Umum Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Televisi Republik Indonesia (TVRI), Radio Republik Indonesia (RRI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia (ATVJI), Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Aliansi Wartawan Radio Indonesia (ALWARI), Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Persatuan Perusahaan periklanan Indonesia (PPPI) dan Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia (APPINA).

Editor : Wiwin Wirwidya Hendra


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home