Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 10:34 WIB | Kamis, 03 Desember 2015

Isi Rekaman, Novanto Buka-Bukaan Pencalonan BG Jadi Kapolri

Wakapolri, Budi Gunawan. (Foto: Dok. satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dalam rekaman yang diputar di sidang Mahkamah Kehormatan Dewan DPR, hari Rabu (2/12), Ketua DPR, Setya Novanto, ternyata tidak hanya berbicara terkait masalah PT Freeport Indonesia saja. Suara yang diduga milik Politikus Partai Golongan Karya itu sempat menceritakan sosok yang batal dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, yakni Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan.

Novanto menceritakan pengalamannya tersebut dialaminya bersama dengan sosok yang saat itu masih menjabat Kepala Staf Presiden, Luhut Binsar Pandjaitan, untuk memulai pemilihan Kapolri. Dalam rekaman tersebut, suara diduga Novanto menceritakan dirinya mengajak Luhut untuk memikirkan cara agar yang terpilih sebagai Kapolri adalah Budi Gunawan, sesuai permintaan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.

“Pengalaman yang betul-betul saya mengalami bersama-sama Pak ini, bersama-sama Pak Luhut. Akhirnya saya minta tolong Pak Luhut, untuk memulai pemilihan Kapolri. Itu asli Pak. Bagaimana itu kita berusaha supaya Budi, karena Ibu Mega yang call, yang telpun. Itu kita pakai apa aja enggak pak. Itu bisa terjadi pada saat beliau mau ke DPR. Bingung dia Pak menghadapi DPR gitu,” demikian suara yang diduga Novanto seperti dalam rekaman yang diperdengarkan di sidang MKD, Rabu (2/12).

Novanto melanjutkan ceritanya, akhirnya Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) saat itu, Tedjo Edhy Purdijatno, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo, diperintahkan menemui dirinya. Menurut Novanto, dalam pertemuan itu dia mengatur agar semua proses uji kelayakan dan kepatutan Budi Gunawan di DPR berjalan lebih mudah.

“Disuruhlah Menko Polhukam, sama Setneg, sama Mendagri ketemu saya. Saya bilang udah deh nanti kita atur duduknya gini, enam pertanyaannya saja deh. Itu telpun lagi, tadi kan semua tim. Dia minta dua saja. Duduknya minta yang santai, sesantainya, tidak ada pertanyaan yang ini. Wah nanti cuma bulat-bulat itu Pak. Bagaimana saya menenangkan fraksi-fraksi supaya mau begitu kan. Banyak akal, pokoknya bisalah. Dia datang, kita akali,” kata suara yang diduga Novanto.

Kemudian, suara yang diduga Novanto itu mengaku langsung menemui Luhut untuk mencari jalan keluar. Luhut pun memberikan jalan untuk membuat draf terlebih dahulu.

Soal BG itu, pokoknya lari ke BG minta kapolri dia. Nanti Pak Luhut. Saya cepet-cepet ke Pak Luhut gimana jalan keluarnya. Pak Luhut kasih jalan. Entar gini. kita malam-malam ya waktu itu. Entar jawabannya gini aja, Presiden ngomong gini soal BG akan kita serahkan kepada nanti yang terpilih. Siapapun yang diusulkan oleh pejabat yang terpilih setuju. Ayo kita draft. Draft kita bertiga. Bener Pak Luhut itu. Begitu draft selesai, Pak Luhut jam 9 keluar lagi, Wah kalau Pak Jusuf Kalla datang nanti bisa berubah. Pak Jusuf Kalla itu ngotot BG. Ini bener, Pak Jusuf Kalla itu bener. Itu pun diatur gimana akhirnya presiden bisa perintahkan Pak Jusuf Kalla enggak datang. Dia pindahkan ke sana, pindah ada acara. Padahal kita sudah siapin tempatnya itu pak.” Ujar Suara yang diduga Novanto.

Sang Ketua DPR pun sempat menceritakan saat Presiden Jokowi dihantam oleh PDI Perjuang. Novanto mengaku pernah dibisiki Presiden Jokowi yang bingung karena dihantam oleh partainya sendiri. Menurut Novanto, Presiden Jokowi tidak peduli akan hal itu, pada kehendak Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri pun Presiden Jokowi tidak peduli.

“ Jadi waktu di APBN semua fraksi ngomong tapi semua ngomong BG, semua ngomong BG. PDIP ngantem presiden. Dia berbisik-bisik, masak PDIP sendiri ngantem saya, saya kan presiden. Tapi gak peduli apapun kehendak Bu Mega gak peduli. Dijawab pertanyaannya. Setelah saya dengarkan semua soal Pak Budi Gunawan, semua saya turut tampung tetapi mekanismenya adalah saya serahkan kepada Kapolri yang terpilih. Persisnya itu dibaca begitu. Dibaca. Ini pengalaman Pak ya. Selesai, sampailah cerita itu ke Ibu Mega. Marahlah pokoknya, sampai ke Solo dan macam-macam,” tutur suara yang diduga Novanto.

Kok Sampai Seleher Melawan Megawati?

Menanggapi Novanto, suara yang diduga milik pengusaha minyak Riza Chalid menyebut Presiden Joko Widodo sempat dimaki-maki oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Karena menolak pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kapolri.

Dari isi rekaman yang diduga merupakan suara Riza itu disebutkan, kejadian itu berlangsung di Solo. Elite parpol Koalisi Indonesia Hebat (KIH) juga hadir saat kejadian tersebut.

"Di Solo ada… ada Surya Paloh, ada si Pak Wiranto, pokoknya koalisi mereka. Dimaki-maki, Pak, Jokowi itu sama Megawati di Solo. Dia tolak BG," ucap suara yang diduga Riza itu.

Dalam rekaman, suara yang diduga Riza itu mengaku heran dengan keberanian Jokowi itu.

"Gila itu, sarap itu. Padahal, ini orang baik kekuatannya apa, kok sampai seleher melawan Megawati," ucap suara yang diduga Riza.

Tak hanya itu, dia pun menyinggung peran mantan ajudan Megawati itu dalam memenangkan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014.

"Padahal, pada waktu pilpres, kita mesti menang, Pak. Kita mesti menang Pak dari Prabowo ini. Kalian operasi, simpul-simpulnya Babimnas. Bapak ahlinya, saya tahu saya tahu itu," ucap suara yang diduga Riza.

"Babimnas itu bergerak atas gerakannya BG sama Pak Syafruddin. Syafruddin itu Propam. Polda-polda diminta untuk bergerak ke sana. Rusaklah kita punya di lapangan," ucap dia.

Pada Februari lalu, Presiden Jokowi memang sempat mengusulkan Budi Gunawan sebagai Kapolri. Setelah itu, Budi ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Namun, Komisi III DPR tetap memutuskan untuk meloloskan Budi dalam uji kelayakan dan kepatutan.

Kendati demikian, Presiden tetap membatalkan pelantikan Budi dan mengusulkan Badrodin Haiti sebagai calon kepala Polri yang baru. Menurut Presiden, pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri telah menimbulkan perbedaan pendapat di masyarakat.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home