Loading...
DUNIA
Penulis: Ignatius Dwiana 22:13 WIB | Jumat, 11 Juli 2014

ISIS Tingkatkan Serangan ke Kurdi di Suriah

Jihadis berparade di jalanan Suriah utara provinsi Suriah menaiki humvee. (Foto: Reuters)

SATUHARAPAN.COM – Jihadis ISIS meningkatkan serangan di daerah-daerah Kurdi di Suriah utara untuk memperluas wilayah kontrol mereka.

Anggota jihadis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS, Islamic State of Iraq and Syria) dan pejuang Kurdi terlibat bentrok selama setahun ini. Pejuang Kurdi biasanya memulai bentrokan sampai awal bulan ini ketika keseimbangan kekuasaan cenderung mendukung ekstrimis Sunni karena sebagian besar senjata yang mereka bawa dari Irak ke Suriah.

Kelompok pemantau Suriah menyebutkan serangan yang terjadi menyebabkan korban tewas dalam konflik Suriah tiga tahun ini naik menjadi 171 ribu. Hal ini mencerminkan pertumpahan darah tiada henti dalam perang saudara yang tidak mendekati ujung  penyelesaian. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory for Human Rights) mengatakan pada Kamis (10/7) hampir setengah dari mereka yang tewas adalah warga sipil. Jumlah ini meningkatkan jumlah korban yang tewas dari 160 ribu yang diumumkan pada pertengahan Mei.

Kelompok jihadis yang disebut juga ISIL (Islamic State of Iraq and the Levant) ini merebut beberapa desa Kurdi dan membunuh puluhan pejuang di daerah pekan ini, menurut aktivis.

Bentrokan terjadi setelah ISIS mengangkangi wilayah Suriah dan tetangga Irak dan menyatakan diri sebagai khalifah Islam gadungan. Sebagian besar wilayah dirampas pada Juni selama tekanan seluruh Irak. Mereka merebut sejumlah besar senjata yang ditinggalkan pasukan Irak termasuk pengangkut personel lapis baja, mobil humvee, dan artileri buatan Amerika Serikat.

Pejabat Kurdi Nawaf Khalil mengatakan anggota kelompok ISIS mencoba merebut daerah dekat perbatasan Turki yang akan menghubungkannya dengan posisi mereka di Suriah timur. Dia dan aktivis lainnya mengatakan pertempuran terkonsentrasi di wilayah Kobani yang juga dikenal sebagai Ayn Arab.

Mustafa Osso, aktivis Kurdi yang berbasis di Turki yang memiliki kontak yang luas di Suriah utara, mengatakan tujuan dari serangan ini adalah untuk mengambil alih seluruh wilayah Kobani. Mustafa Osso mengatakan mereka yang berjuang melawan ISIS sebagian besar anggota Unit Perlindungan Rakyat, sayap bersenjata Partai Uni Demokratik Kurdi (PYD, Kurdish Democratic Union Party).

"Kami telah meminta dukungan dari orang Kurdi seluruh dunia," kata Nawaf Khalil, salah seorang pejabat partai.

Mustafa Osso mengatakan jihadis yang ditangkap sebelumnya menggunakan mortir dan artileri di Irak dalam serangan mereka ke wilayah Kurdi.

Baik Nawaf Khalil maupun Observatorium mengatakan beberapa pejuang Kurdi tewas dengan tubuh hangus tanpa menderita luka tembak karena peluru atau pecahan peluru. Observatorium mengatakan mayat hangus itu telah membuat dokter curiga tentang jenis senjata yang digunakan.

Pada hari Rabu (9/7), ISIS merebut tiga desa dekat Kobani dan mendesak maju ke arah kota perbatasan.

Kurdi adalah etnis minoritas terbesar di Suriah. Etnis ini membentuk lebih dari 10 persen dari keseluruhan jumlah penduduk 23 juta sebelum negara itu dilanda perang saudara. Mereka berpusat di provinsi timur laut yang miskin Hassakeh, terjepit di antara perbatasan Turki dan Irak.

Juga Kamis (10/7), Badan Pengungsi PBB mengumumkan bahwa mereka mulai menjalankan operasi sistem pengangkutan udara untuk memberikan barang-barang bantuan darurat dari Damaskus ke 50 ribu orang di Hassakeh.

Konflik Suriah mulai pada Maret 2011 sehingga menyebabkan perpindahan hampir sepertiga jumlah keseluruhan penduduk sebelum perang.

Disebutkan yang tewas termasuk pasukan pemerintah 39.036, orang bersenjata pro-pemerintah 24.655, pejuang oposisi 15.422, tentara pembelot 2.354, dan lebih dari 500 pejuang Lebanon dari kelompok Hizbullah yang mendukung Presiden Suriah Bashar Assad. Sisanya sebagian besar warga sipil.

Sementara itu, pemerintah mengirim lebih banyak pasukan elite ke utara Aleppo yang mengepung lingkungan yang dikuasai pemberontak di kota terbesar di negara itu. Aleppo, pusat perdagangan Suriah, telah terpecah sejak serangan oposisi dimulai pada pertengahan 2012.

Aleppo adalah daerah perkotaan besar terakhir. Aktivis menyebutkan pasukan pemerintah yang didukung pejuang Hizbullah Lebanon terus merebut kendali pintu masuk kota Aleppo dalam beberapa hari terakhir. (alarabiya.net)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home