Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 19:11 WIB | Selasa, 19 Mei 2015

Jelang HUT ke-65 PGI, Gereja Jangan Lagi Eksklusif

Ketua Penyelenggara HUT ke-65 PGI Michael Wattimena. (Foto: Dok. satuharapan.com/Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Jelang puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) ke-65 di Econvention, Taman Impian Jaya Ancol Jakarta pada Minggu, 24 Mei 2015, Michael Wattimena–ketua penyelenggara–mengajak seluruh gereja bersinergi membangun kerja sama dengan pemerintah dalam mengentaskan berbagai persoalan bangsa.

Menurut dia, hal tersebut selaras dengan tema yang diusung PGI pada usia 65 tahun ini, yakni ‘Keesaan Gereja dalam Aksi: Keluar dari Kemandekan Gerakan Ekumenis’.

“Tema yang diusung kali ini adalah bagian dari pergumulan PGI dan kami selaku penyelenggara HUT ke-65 PGI selama ini, gereja sebagai bagian dari pemerintah harus bisa bersinergi dalam mengentaskan berbagai persoalan bangsa,” ujar Michael kepada satuharapan.com, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/5).

Dengan begitu, kata dia, artinya gereja ke depan tidak boleh lagi bersifat eksklusif, melainkan harus membuka diri dan keluar bersama komponen masyarakat lainnya untuk mengentaskan masalah yang masih menyelimuti Indonesia.

“Artinya, gereja harus bisa keluar, tidak hanya terkooptasi pada persoalan internal, seperti kelembagaan saja, tapi harus membukan diri untuk keluar bersama elemen masyarakat lainnya dan pemerintah untuk mengentaskan berbagai persoalan bangsa saat ini,” tutur Michael.

Contoh Sikap PGI

Politisi Partai Demokrat tersebut mengambil contoh dari sikap PGI yang belakangan sering muncul di media memberi solusi penyelesaian konflik dua institusi hukum, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Menurut dia, sikap tersebut merupakan bentuk partisipasi yang harus dimainkan gereja, sehingga anggapan gereja senantiasa menganut eksklusivisme bisa dipatahkan.

“Misalnya PGI belakangan sering berbicara menyikapi konflik KPK dan Polri, itu adalah bentuk partisipasi peran yang harus dimainkan, sehingga eksklusivisme yang katakanlah pernah diberikan bisa terdistorsi dengan sendirinya,” ujar Michael.

“Contoh lain, saat kemarin kami banyak keluar di media, banyak teman-teman bertanya apa itu PGI. Akhirnya saya coba menjelaskan bahwa PGI adalah wadah kumpulan 89 gereja. Kalau disamakan misalnya seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI),” Ketua Penyelenggara HUT ke-65 PGI itu menambahkan.

Michael pun meminta setiap gereja yang berhimpun di bawah naungan PGI bisa mengimplementasikan tema yang diangkat pada perayaan HUT PGI ke-65. Karena, sebenarnya yang beresentuhan dengan jemaat langsung adalah masing-masing gereja, bukan PGI. “Gereja di bawah naungan PGI harus bisa mengimplementasikan tema HUT PGI ke-65 ini, agar manfaat dan faedahnya bisa betul-betul dirasakan oleh jemaat yang ada di dalam masing-masing gereja,” kata dia.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home