Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 00:00 WIB | Sabtu, 08 Februari 2014

Jika Garam Itu Menjadi Tawar....

Foto: inspirasi

SATUHARAPAN.COM – Jika  garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?” (Mat. 5:13). Garam kok tawar! William Barclay menyatakan bahwa di daerah Palestina, garam diangkat dari Laut Mati dan mengandung unsur-unsur lain di dalamnya. Jika terguyur hujan, maka unsur garamnya akan larut terbawa air. Yang tersisa hanyalah unsur lainnya tadi—bubuk putih tanpa rasa asin.

Asin merupakan hakikat garam. Saat mendengar kata ”garam”, yang ada dalam benak kita biasanya bukanlah bentuk, tetapi. Seperti saat kita mendengar kata ”gula”, yang terbayang pastilah manisnya. Asin merupakan jati diri garam. Ketika kehilangan asinnya, garam telah kehilangan fungsinya. Dan semua hal yang telah kehilangan fungsi biasanya dibuang.

Setiap pengikut Kristus adalah garam dunia. Agar dapat menjalani panggilannya, setiap Kristen harus menjaga kadar garamnya dalam dirinya. Tanpa rasa asin, mustahil menggarami tempat di mana kita berada, bahkan ditakdirkan untuk dibuang dan diinjak orang.

Lalu, apa yang mesti kita perbuat?

Pertama, tak perlu kita minder, meski sedikit. Sindrom minoritas adalah penyakit kebanyakan orang Kristen Indonesia. Karena sedikit, mereka belum-belum sudah berpikir tidak akan mendapat tempat di negeri ini. Jangan lupa: kita adalah garam dunia!

Lagi pula, garam tidak pernah dibutuhkan dalam jumlah banyak. Untuk sepanci kecil sayur asem, juru masak hanya butuh satu sendok teh garam. Lebih dari itu, namanya sayur asin. Sedikit contoh: Yusuf anak Yakub sendirian menjadi garam di Mesir.

Kedua, kesadaran sebagai garam seharusnya membuat kita sungguh berasa asin. Sedikit dalam kuantitas seharusnya mendorong kita menjadi lebih berkualitas.

Yusuf bukan tukang mimpi. Lebih dari itu, dia sanggup membaca tanda-tanda zaman dan mengambil langkah strategis dalam mengantisipasi masa depan. Dia seorang visioner sejati—tak hanya dalam khayal, juga tindakan.

Ketiga, rasa asin itu bukan untuk kalangan sendiri. Yusuf menjadi berkat bagi Mesir. Kala paceklik, melalui dia, Mesir menjadi berkat bagi negara-negara tetangga—termasuk Israel.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home