Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 06:19 WIB | Sabtu, 29 September 2018

Kalau Seluruh Umat TUHAN Menjadi nabi

Gereja masa kini perlu belajar dari Musa, yang tidak keberatan jika ada orang yang sehebat dia.
Eldad dan Medad (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!” (Bil. 11:29). Demikianlah jawaban Musa kepada Yosua bin Nun.

Konteks perkataan Musa adalah ada seorang muda yang menyaksikan Eldad dan Medad bersikap seperti nabi dan melaporkan peristiwa itu kepada Yosua. Sebagai pengikut Musa, Yosua agaknya tidak rela jika ada orang yang sehebat Musa. Dengan bergegas dia menemui Musa dan berkata, ”Tuanku Musa, cegahlah mereka!” (Bil. 11:28). 

Menariknya, Musa tidak mempersoalkan ada orang sehebat dirinya. Mengapa? Karena Musa sadar, kalau dirinya hebat, itu hanya karunia Tuhan semata. Bukankah namanya adalah Musa—artinya yang ditarik dari air? Dengan kata lain, kalau Musa punya kemampuan yang luar biasa, itu juga anugerah Tuhan yang telah menyelamatkan dia dari pembunuhan massal.

Musa bahkan berkata, ”Saya malah mengharap supaya TUHAN memberikan Roh-Nya kepada seluruh bangsa-Nya, dan membuat mereka semua menjadi nabi!” (Bil. 11:29, BIMK). Musa senang kalau banyak orang sehebat dirinya.

Tampaknya, gereja masa kini perlu belajar dari Musa, yang tidak keberatan jika ada orang yang sehebat dia. Gereja perlu melatih banyak orang untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah. Gereja seharusnya menjadi tempat setiap orang untuk belajar dan berlatih. Tujuannya: tentu bukan buat sombong-sombongan, tetapi agar semakin banyak orang terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Semakin banyak orang terlibat dalam karya bersama.

Setiap pemimpin gereja perlu belajar berkata seperti Musa: ”Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!”

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home