Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 14:02 WIB | Rabu, 16 September 2015

Kana Luncurkan Batik Kontemporer Biru Indigo

Sancaya Rini, perancang busana siap pakai batik kontemporer berpewarna alami Kana, meluncurkan koleksi terbaru di Common House, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 10 September lalu. (Foto: Sotyati)

SATUHARAPAN.COM – Biru menjadi pilihan warna untuk Kana 2nd/2015 Collection, koleksi busana batik bermotif modern berbahan pewarna alami. Koleksi terbaru itu diluncurkan di Common House di kawasan Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Hadir dalam wujud busana siap pakai terdiri atas rok terusan, kemeja, dan aneka busana luar, koleksi busana biru bermacam tingkatan gradasi rancangan Sancaya Rini itu kuat merefleksikan warna alam. Di atas bahan itu ia menampilkan motif batik modern-kontemporer, yang ia sebut menyesuaikan dengan batik gaya anak muda.  

Sebagai perancang, Sancaya Rini tidak sekadar ingin mengedepankan fashion, namun terlebih penting adalah menularkan gaya hidup di baliknya. Bukan hanya menularkan kecintaan batik kepada anak-anak muda yang disasar melalui pengenalan motif-motif sederhana yang unik, Sancaya Rini juga ingin memberikan pemahaman bahwa pemanfaatan bahan pewarna alami dalam proses pembuatannya merupakan wujud kepeduliannya ikut menjaga lingkungan.

Kalau kali ini baru koleksi kedua, bukan berarti Sancaya Rini pemain baru di usaha kreatif ini.

Ia mengawali kreasinya beberapa tahun lalu dengan membuat aneka produk berbahan pewarna alami dengan nama Kanawida, mulai dari aneka selendang, kain, hingga busana santai.

Penghargaan

Sancaya Rini, sarjana pertanian lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, mengawali dunia yang ia tekuni sekarang ini dengan belajar membatik di Museum Tekstil. Keberhasilannya membuat sepotong dua potong batik, mendorongnya mengeksplorasi bahan pewarna alam untuk batik-batiknya, agar tidak mencemari lingkungan. Ia tidak mau tempat tinggalnya yang asri di Pamulang tercemar bahan-bahan pewarna kimia untuk batik-batiknya.

Kegemaran itu terus berkembang. Ia rajin bereksperimen dengan berbagai bahan pewarna alam untuk batiknya, mulai dari kunyit, tarum (indigo), secang, kulit buah manggis, hingga kulit jengkol. Idealismenya semakin tergugah saat membaca bahan pewarna kunyit dipatenkan oleh Jepang, dan bahan pewarna pandan dipatenkan Amerika Serikat.

Ketekunannya bereksperimen dengan bahan pewarna alami itu mengantarnya mendapatkan penghargaan. Penghargaan pertama ia raih dari APEC Digital Opportunity Center, ADOC Award, pada 2008, di Taiwan, sebagai usaha kecil menengah yang sudah menerapkan information and communication technology.

Pada 2009, Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), yang mempunyai misi membantu memelihara kekayaan alam Indonesia, memberinya penghargaan, Kehati Award untuk kategori Citra Lestari Kehati.

Ia dinilai berhasil melestarikan alam karena menggunakan bahan-bahan dari sumber hayati untuk pewarna batik dan kertas daur ulang produksinya. Ia juga dinilai berhasil mengembangkan batik di daerah urban dengan memberdayakan warga sekitar yang tidak mempunyai latar belakang batik.

Kana Natural Dyed Goods dia lahirkan pada 2013, sebagai wujud kerinduan untuk melahirkan lini busana siap pakai berbahan batik dengan pewarna alam yang sangat ramah lingkungan. “Dirancang agar anak-anak muda menghargai batik sebagai warisan budaya,” kata ibu empat anak itu.

Ia memasarkan busana batik rancangannya di The Goods Dept Pacific Place, STOW Jakarta, Happy Go Lucky House  Bandung, selain melalui berbagai bazar seperti Brightspot Market, Pop Up Market, dan Indonesia Fashion Week.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home