Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:54 WIB | Selasa, 28 Juli 2015

Kekeringan di Sragen Berpotensi Meluas

Ilustrasi. (Foto: joglosemar.com)

SRAGEN, SATUHARAPAN.COM – Dari 11 kecamatan yang rawan kekeringan di Bumi Sukowati, baru tiga kecamatan yang mendapat bantuan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirto Negoro Sragen. Bisa jadi kekeringan itu akan meluas ke kecamatan lain.

Sebelumnya Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah meminta jajaran di BNPB dan BPBD menyiapkan langkah-langkah antisipasi.  Rencana kontinjensi disusun untuk mengatur strategi penanganan darurat kekeringan. Sehingga untuk kelangkaan air dilakukan dengan pengerahan tangki air dan logistik ke daerah rawan kekeringan. Imbauan hemat dan pengaturan air untuk irigasi pertanian dilakukan, dan peningkatan gerakan pemanenan hujan, restorasi sungai, pengurangan risiko bencana dan perbaikan lingkungan. Walaupun tahun ini musim kemarau tahun 2015 ini diperkirakan normal. Sejak bulan Mei dan Juni sudah masuk musim kemarau sejak bulan Mei dan Juni, dan puncak kemarau diperkirakan September.

Kepala Seksi (Kasi) Bantuan Sosial (Bansos) Korban Bencana Alam Dinas Sosial (Dinsos) Sragen, Budi Paryono, mengatakan terdapat 11 kecamatan yang rawan kekeringan. Dia telah mengirim surat edaran (SE) kepada para camat, supaya memetakan kekeringan di wilayah masing-masing sejak awal Juli lalu. Namun, baru tiga camat yang mengajukan bantuan air bersih.

“Saya belum tahu kondisi riilnya seperti apa. Kalau camat tidak mengajukan bantuan air bersih, berarti dampak kemarau belum dirasakan warganya,” demikian kata Budi kepada Solopos.com di Sragen, Senin (27/7).

Tiga kecamatan yang mendapat bantuan air bersih itu meliputi Miri, Tangen, dan Jenar. Budi percaya semua camat sudah memetakan tingkat kekeringan di wilayah masing-masing. Namun, kekeringan di sejumlah kecamatan masih bisa ditangani melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

“Pamsimas itu dibangun di desa-desa yang memiliki masalah kekurangan air bersih. Namun, tidak semua desa yang rawan kekeringan mendapat program Pamsimas,” kata dia.

Pamsimas dianggap membantu menanggulangi masalah kekeringan. Kendati demikian, tidak semua program Pamsimas bisa menanggulangi masalah kekeringan.

“Di Desa Gebang, Sukodono, program Pamsimas dikelola dengan bagus. Sumurnya juga tidak ikut mengering saat musim kemarau seperti ini. Sementara di beberapa daerah lain, sumur Pamsimas ikut mengering,” katanya.

Meski belum mendapat laporan dari para camat, Budi mengakui kekeringan di Sragen berpotensi meluas. Selain Miri, Tangen, dan Jenar, beberapa kecamatan seperti Sumberlawang, Mondokan, Sukodono, Kalijambe dan lainnya juga berpotensi kekeringan.

“Jika sewaktu-waktu ada permintaan bantuan air bersih, saya langsung berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Bantuan air bersih itu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti masak, mandi, dan mencuci. Bantuan air bersih itu tidak menyasar bidang pertanian,” katanya.

Direktur Umum PDAM Tirto Negoro Sragen, M. Sholeh, mengatakan bantuan air bersih disalurkan setiap hari sejak sebelum Lebaran lalu. PDAM menyediakan empat mobil tangki untuk mengedrop air. Masing-masing tangki berkapasitas 4.000 liter air.

 “Rencananya, hari ini (28/7),  kami akan menyalurkan air ke wilayah Miri dan Tangen,” kata Sholeh. (solopos.com/bnpb.go.id)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home