Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 15:07 WIB | Selasa, 26 April 2016

Kemendag Bantah Harga Bawang Merah Tinggi

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Srie Agustina. (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag), Srie Agustina, membantah harga bawang nasional masih tinggi.

Dia memastikan harga bawang merah telah turun antara 30 persen hingga 33 persen sesuai dengan hasil panen dari petani lokal.

Enggak lah, sudah turun. Sudah turun. Kalian lihat di website kita dong,” kata Srie Agustina kepada satuharapan.com di sela-sela perayaan puncak Hari Konsumen Nasional (Harkonas) 2016 di Lapangan Banteng, Jakarta, hari Selasa (26/4).

“Kalau tanya sama saya cari dulu data primernya di website kita cabai, bawang, sudah turun antara 30 sampai 33 persen sejalan dengan adanya panen,” dia menambahkan.

Faktanya, harga bawang merah belakang ini telah mendatangkan kekhawatiran berbagai pihak. Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menyatakan, tingkat inflasi yang tinggi sebagian besar dipengaruhi oleh gejolak harga pangan di mana bawang merah menjadi penyumbang terbesar inflasi.

Agus mengatakan, dari inflasi 0,19 persen pada Maret, 0,16 persennya adalah sumbangsih bawang merah. “Biarpun kontribusinya kecil, kalau kenaikan harganya sampai 30 persen, itu bisa langsung jadi sumber tekanan inflasi,” ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, hari Senin, 25 April 2016 seperti dilansir berbagai media.

Agus mengungkapkan, inflasi bawang merah pada Maret mencapai 30,86 persen. Dalam lima tahun terakhir, inflasi bawang merah telah mencapai 79 persen month-to-month pada Maret 2013, 60 persen month-to-month pada Juli 2013, dan 35,7 persen month-to-month pada Desember 2015.

Agus menuturkan, bila kenaikan harga bawang merah lebih dari 10 persen, kontribusinya terhadap inflasi mencapai 0,07 persen. “Nanti kalau harga bawang merah sudah terkendali, biasanya berikutnya harga cabai merah, cabai keriting, daging sapi, daging ayam, dan telur akan mengikuti,” kata Agus.

Adapun inflasi pada Maret, menurut Agus, tercatat 0,19 persen atau lebih tinggi dibandingkan Februari yang mengalami deflasi sebesar 0,09 persen. Sedangkan untuk inflasi volatile food periode Maret 2016 tercatat sebesar 0,75 persen atau 9,59 persen year-on-year.

“Jadi perlu dilakukan koordinasi agar harga pangan yang bergejolak ini betul-betul terjaga,” kata Agus.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home