Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 12:59 WIB | Sabtu, 12 Oktober 2013

Kereta Api Perdamaian Memulai Perjalanan Menuju Reunifikasi Korea

Kereta Api Perdamaian. (Foto: peacetrain2013.org)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Sebuah Kereta Api Perdamaian baru-baru ini (11/10) memulai perjalanannya dari Berlin, Jerman melalui Rusia dan China ke Asia timur laut dan berakhir di Busan tempat Sidang Raya ke-10 Dewan Gereja Sedunia (WCC), Korea Selatan.

Kereta api ini, yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang 60 tahun pembagian Semenanjung Korea, akan melakukan perjalanan melalui Moskow, Irkutsk, Beijing, Pyongyang, dan Seoul, dan akhirnya akan tiba di Busan sebelum 30 Oktober saat pembukaan Sidang Raya.

Kereta Api Perdamaian adalah proyek dari Dewan Nasional Gereja-Gereja di Korea (NCCK) dan Komite Tuan rumah Korea untuk Sidang Raya WCC.

Sebanyak 130 orang dari seluruh dunia naik Kereta Api Perdamaian dan itu termasuk perwakilan gereja dan masyarakat sipil. Mereka akan tiba di Busan pada 28 Oktober dan berbagi pengalaman mereka di Sidang Raya WCC. Tema sidang raya adalah “Allah bagi kehidupan, membawa kita menuju keadilan dan perdamaian”.

Kereta akan menyoroti pentingnya mencapai perdamaian di Semenanjung Korea, bekerja sama dengan gereja-gereja dari negara-negara yang berpartisipasi dalam pembagian Semenanjung Korea pada 1953.

Sebagai bagian dari proyek ini, sebuah seminar tentang “Umat Beragama untuk Keadilan dan Perdamaian” telah diselenggarakan di Moskow, pemberhentian kedua dari Kereta Api Perdamaian. Acara ini diselenggarakan bekerja sama dengan Gereja Ortodoks Rusia pada 11 Oktober.

Staf WCC termasuk Dr Guillermo Kerber, eksekutif Program WCC untuk Perawatan untuk Penciptaan dan Keadilan Iklim, dan Dr Mathews George Chunakara, direktur Komisi Gereja-gereja Urusan Internasional, mengisi seminar.

Kerber menyatakan “penghargaan tulus” atas nama WCC untuk upaya NCCK dan Komite Tuan rumah Korea dalam mengoordinasi proyek Kereta Api Perdamaian. Dia berkata, “Dihadapkan oleh krisis luar biasa, gereja dan komunitas agama harus mengatasi perpecahan mereka, berbicara dan bereaksi sebagai ungkapan komitmen mereka untuk hidup, perdamaian, keadilan dan cinta.”

“Ziarah adalah selalu pengalaman transformatif. Semoga Kereta Api Perdamaian mengubah hidup Anda, kehidupan kita, kehidupan semua orang pergi ke Sidang Raya,” kata Kerber.

Catherine Christie dari NCCK dan Gereja Presbyterian di Korea Selatan, seorang penumpang Kereta Api Perdamaian, berbagi betapa studi Alkitab dan diskusi selama perjalanan adalah pengalaman transformatif. Dia mengatakan bahwa banyak orang di dunia kita “menderita karena berbagai dosa di dunia kita—menderita karena militerisme dan permusuhan nasional”.

“Kelompok ini, terdiri dari orang-orang dari beberapa negara Afrika, India, Korea, negara-negara Eropa, Australia, Selandia Baru, Amerika Utara dan Brasil, “menciptakan” berbagai perspektif dan kebijaksanaan,” kata Christie.

Di Berlin, tempat Kereta Api Perdamaian memulai perjalanannya, beberapa program yang diselenggarakan oleh gereja-gereja Jerman. Salah satunya adalah Peace Candlelight Prayer Vigil yang berlangsung di depan Gerbang Brandenburg pada 7 Oktober. Di antara para pembicara adalah Pdt Dr Konrad Raiser dan Pdt Dr Kim Young Ju. Sekitar 120 orang dari 15 negara berpartisipasi dalam acara ini. (oikoumene.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home