Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:42 WIB | Kamis, 21 September 2017

Konsumsi Asam Folat Saat Hamil Mencegah Autisme Anak

Ilustrasi. Konsumsi asam folat pada saat hamil, dapat mengurangi risiko autisme anak. (Foto: daily-sun.com)

CALIFORNIA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah penelitian menunjukkan, anak yang ibunya mengkonsumsi asam folat pada awal kehamilan akan mengurangi risiko autisme, meskipun saat ibunya hamil terpapar pestisida yang menyebabkan gangguan saraf.

Ibu yang terpapar pestisida rumah tangga atau pertanian sebelum dan selama kehamilan, tetapi mengkonsumsi asam folat dosis tinggi, mengurangi separuh risiko anak-anaknya terkena autism, dibandingkan dengan perempuan yang mengkonsumsi vitamin tersebut dalam dosis rendah, kata Rebecca Schmidt, penulis utama kajian tersebut dalam sebuah wawancara telepon.

“Jika ada kemungkinan Anda bisa hamil, minum asam folat dan cobalah untuk menghindari pestisida yang tidak perlu,” kata Schmidt Davis, ahli epidemiologi dan profesor di Medical Investigations of Neurodevelopment Disorders (MIND) di University of California.

Penelitian tersebut, memastikan penelitian sebelumnya yang menghubungkan paparan pestisida dari ibu dengan gangguan spektrum autisme (ASD). Spektrum autisme adalah disabilitas tumbuh kembang yang ditandai dengan kesulitan melakukan kegiatan sosial, berkomunikasi dan berperilaku.

Tapi laporan di Perspektif Kesehatan Lingkungan, telah menemukan terobosan baru dengan menemukan bahwa anak-anak yang sebelum lahir terpapar pestisida, tetapi ibunya mengkonsumsi asam folat dosis tinggi memiliki kecenderungan lebih rendah untuk didiagnosis autisme.

Temuan tersebut, membuat para peneliti menyimpulkan bahwa asam folat dapat mengurangi, meski tidak menghilangkan, risiko terkena autisme akibat paparan pestisida dari ibu.

Asam folat, atau vitamin B-9, terkandung dalam sayuran berdaun hijau dan serealia kaya nutrisi.

The US Preventive Services Task Forces dan kelompok kesehatan lainnya, sudah mendesak perempuan dengan kemungkinan hamil untuk mengkonsumsi suplemen asam folat setiap hari karena defisiensi B-9, telah lama dikaitkan dengan cacat otak dan tulang belakang dari lahir.

Temuan baru tersebut, selain menggarisbawahi pentingnya asam folat, juga menyoroti peran polutan lingkungan terhadap pengembangan autisme, kata Joseph Braun, seorang ahli epidemiologi di Brown School of Public Health in Providence di Rhode Island, yang tidak terlibat dalam penelitian di atas.

"Ini adalah bagian lain dari teka-teki faktor dampak lingkungan untuk autisme," katanya dalam sebuah wawancara telepon. "Sebenarnya tidak banyak yang perhatian pada faktor dampak lingkungan untuk autisme, karena telah adanya faktor risiko genetik."

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, diperkirakan satu dari setiap 68 anak di Amerika, didiagnosis menderita gangguan spektrum autisme pada tahun 2012. Sejak tahun 1990an, tingkat autisme meningkat di seluruh negeri. Anak laki-laki 4,5 kali lebih mungkin didiagnosis dengan ASD daripada anak perempuan.

Peserta penelitian mencakup 296 anak yang didiagnosis dengan autisme dan 220 yang berkembang secara tipikal. Semua berusia antara 2 dan 5 tahun yang lahir di California dari tahun 2000 sampai 2007.

Peneliti, mewawancarai ibu anak-anak tersebut tentang asupan asam folat mereka serta paparan mereka selama kehamilan terhadap pestisida rumah tangga, termasuk produk pembasmi kutu dan kutu hewan peliharaan, pengendalian hama atau pemusnahan profesional, dan penyemprotan di dalam maupun di luar ruangan dan bahan kimia untuk membunuh serangga.

Peneliti juga menghubungkan data dari laporan penggunaan pestisida negara tempat tinggal sang ibu untuk mengetahui paparan semprotan pertanian.

Perempuan, dengan asupan asam folat di bawah rata-rata dan paparan terhadap pestisida dalam ruangan, memiliki 2,5 kali risiko memiliki anak autis, dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar dan mengkonsumsi setidaknya 800 mikrogram asam folat, jumlah vitamin yang dikonsumsi sebelum kelahiran.

Ibu yang terpapar pestisida secara teratur selama tiga bulan sebelum dan sesudah pembuahan berisiko tertinggi memiliki anak dengan ASD, kata Schmidt.

Braun dan Schmidt mengatakan, penelitian tersebut menunjukkan janji suplemen gizi yang mengurangi kerusakan dari polutan sebelum kelahiran.

"Mungkin ini adalah cara untuk mengurangi efek polutan dan kontaminasi lingkungan yang kita tidak dapat kontrol," kata Schmidt.  (voaindonesia.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home