Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 15:52 WIB | Kamis, 06 April 2017

Mahakarya Bumi Blambangan di Taman Budaya Yogyakarta

Mahakarya Bumi Blambangan di Taman Budaya Yogyakarta
Tari Jejer Gandrung mengawali acara Mahakarya Bumi Blambangan di Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (5/4) malam. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Mahakarya Bumi Blambangan di Taman Budaya Yogyakarta
Tumpeng Pecel Pitik yang dikirab bersama Barong Ider Bumi.
Mahakarya Bumi Blambangan di Taman Budaya Yogyakarta
Doa-selamatan/kenduri bersama.
Mahakarya Bumi Blambangan di Taman Budaya Yogyakarta
Ngopi Sewu di stan Banyuwangi Coffe Community selama acara Mahakarya Bumi Blambangan berlangsung.
Mahakarya Bumi Blambangan di Taman Budaya Yogyakarta
Pameran seni rupa seniman Banyuwangi di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bekerja sama dengan Sanggar Sritanjung-Banyuwangi, Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Banyuwangi-Yogyakarta (KPMB-Y) dengan dukungan Pemkab Banyuwangi menggelar acara Mahakarya Bumi Blambangan (MBB) di Taman Budaya Yogyakarta selama lima hari, 5-9 April 2017.

Panitia acara dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi kepada satuharapan.com, Rabu (5/4) malam menjelaskan bahwa acara ini merupakan salah satu promosi dan dialog budaya antara Banyuwangi dan masyarakat Yogyakarta. Selain itu acara ini diinisiasi untuk memberikan ruang pembelajaran bagi pelajar-mahasiswa Banyuwangi yang ada di wilayah Yogyakarta

"Banyuwangi menjadi wilayah transit wisatawan dari Bali menuju Yogyakarta dan sebaliknya. Ini kesempatan kami untuk memperkenalkan seni, adat, dan tradisi Banyuwangi," kata panitia acara  Mahakarya Bumi Blambangan.

Dengan mengangkat tema "Semburat Sunar, Gumregah ring Banyuwangi", acara ini mencoba memberikan ruang ekspresi bagi seniman-budayawan Banyuwangi serta pelajar-mahasiswa Banyuwangi yang sedang belajar di Yogyakarta.

Acara meliputi Ngopi Sewu oleh Banyuwangi Coffee Community, pertunjukan aransemen lagu Banyuwangi, screening film, workshop-dialog budaya, pentas tari-drama kolosal, pameran seni rupa, serta bazaar kuliner-kerajinan tangan.

Pembukaan MBB pada Rabu (5/4) malam diawali dengan Barong Ider Bumi oleh penari Jejer Gandrung, seniman sanggar Sritanjung, seniman Barong Osing Kemiren, serta panitia, dengan mengirab tumpeng dan makanan khas Banyuwangi menuju Titik Nol Km Yogyakarta melewati Pasar Beringharjo dan kembali di selasar Taman Budaya Yogyakarta.

Upacara adat Barong Ider Bumi biasa dilaksanakan di Desa Kemiren Banyuwangi pada hari kedua bulan Syawal. Ritual Barong Ider Bumi diarak mengelilingi desa dengan diiringi tembang macapat yang berisi doa, pemujaan pada nenek moyang, dan permohonan kepada Tuhan atas segala mara bahaya yang bisa mengancam desa maupun wilayah Banyuwangi. Setelah Barong Ider Bumi, acara dilanjutkan selamatan dengan tumpeng pecel pitik (ayam kampung) sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas berkah yang telah diberikan.

Ritual Barong Ider Bumi digelar masyarakat Desa Kemiren sejak lama. Konon, dulu pernah terjadi wabah penyakit (pageblug) yang menyebabkan banyak warga Kemiren meninggal dan dalam waktu bersamaan ratusan hektare sawah gagal panen karena serangan hama-penyakit. Inisiatif warga, mereka mengadakan tirakatan dan doa mohon petunjuk pada Tuhan YME.

Wangsit yang diterima Mbah Buyut Cili (tetua adat Desa Kemiren) dalam mimpinya disebutkan bahwa serangan hama-penyakit di kampung mereka dapat diusir dengan ritual selamatan kampung dengan menggelar kirab barong osing keliling kampung untuk menolak bencana. Sejak saat itu, setiap tahun warga Kemiren selalu menggelar ritual Barong Ider Bumi.

Sebelum doa dan makan bersama, Sanggar Sritanjung bersama mahasiswa Banyuwangi mempersembahkan tari Jejer Gandrung sebagai tari penyambutan tamu yang datang dan akan menyaksikan MBB.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home