Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 18:12 WIB | Kamis, 07 November 2019

Mahasiswa FTUI Ciptakan Teknologi Mikrofilter untuk Kurangi Limbah

Tiga mahasiswa Program Studi Teknik Perkapalan dan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), menawarkan solusi teknologi mikrofilter untuk mengurangi kandungan mikroplastik dalam air limbah. (Foto: ui.ac.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tiga mahasiswa Program Studi Teknik Perkapalan dan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menawarkan solusi teknologi mikrofilter untuk mengurangi kandungan mikroplastik dalam air limbah.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Michael Ahli (T Perkapalan 17), Virginia Avrilla (T Lingkungan 17), dan Jilan Athaya Lubis (T Lingkungan 17).

Limbah mikroplastik banyak berasal dari keseharian masyarakat. Sebut saja seperti penggunaan deterjen, sabun cuci muka, bahkan pakaian yang kita gunakan juga turut berkontribusi menghasilkan limbah mikroplastik.

Mikrofilter yang dirancang mahasiswa FTUI berupa blok karbon yang memiliki pori-pori sangat kecil, sehingga dapat menyaring 90 persen mikroplastik.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat mikrofilter sangat mudah ditemui, harganya murah, dan instalasinya tidak sulit.

Blok karbon dapat dibeli seharga Rp11.000 dan cartridge seharga Rp40.000. Mikrofilter ini akan ditempatkan di outlet mesin cuci, sehingga kontaminasi mikroplastik dapat dicegah dan dapat mengurangi potensi pencemaran air.

Salah satu anggota tim, Virgi, mengatakan, “Solusi yang kami sampaikan ini berawal dari penelitian pertama mengenai mikroplastik pada tahun 2011, ditemukan bahwa kontaminasi mikroplastik sudah meluas di perairan laut. Hal ini menjadi permasalahan serius yang harus segera diatasi. Oleh sebab itu, kami menawarkan sebuah solusi melalui penggunaan teknologi mikrofilter, untuk mengurangi kandungan mikroplastik. Penelitian ini berfokus pada limbah mikroplastik berupa mikrofiber yang dihasilkan dari proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci.”

Limbah mikroplastik ada di sekeliling kita, salah satunya dapat ditemukan ketika melihat label pakaian, sering kita jumpai tulisan 100 persen nilon atau 100 persen poliester.

Pakaian yang terbuat dari nilon dan poliester mengandung mikrofiber yang akan terlepas ketika dicuci. Dalam satu kali pencucian (6 kg pakaian) menggunakan mesin cuci akan menghasilkan sebanyak 700.000 mikrofiber. Mikrofiber tersebut akan terbawa perairan yang kemudian dapat mencemari lautan.

Jika laut sudah tercemari, maka biota laut juga akan terkontaminasi mikroplastik. Sementara itu, nantinya manusia juga yang akan mengonsumsi ikan-ikan dari laut.

Hal ini akan membentuk suatu rantai yang akan memberi dampak negatif. Maka dari itu tim FTUI ingin memutus rantai tersebut dengan menerapkan ide berupa mikrofilter untuk menyaring mikroplastik.

Solusi, yang ditawarkan mahasiswa FTUI ini mudah diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat. “Menurut tim kami, permasalahan mikroplastik sudah menjadi permasalahan massal. Maka dari itu, dibutuhkan solusi yang juga dapat disebarkan secara massal,” kata Virgi, seperti dilansir situs ui.ac.id, pada Rabu (6/11).

Untuk ke depan, tim mahasiswa FTUI berharap ide teknologi mikrofilter ini dapat terealisasi dan digunakan oleh masyarakat. Ide yang diusung oleh mahasiswa FTUI ini telah meraih gelar juara 1 dalam lomba karya tulis ilmiah (LKTI) Maritime Festival 2019 yang diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home