Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 07:59 WIB | Sabtu, 21 Desember 2019

Masalah: Apa Kehendak Allah?

Hanya orang tuluslah yang mau melakukan kehendak Allah tanpa syarat apa pun.
Foto: Istimewa

SATUHARAPAN.COM – Kelahiran Yesus versi Matius dimulai dengan masalah. Penulis Injil Matius mencatat: ”Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri” (Mat. 1:18).

Ini jelas masalah: Maria mengandung meski mereka berdua belum hidup sebagai suami istri. Tentu penulis Injil sudah tahu jawabannya: mengandung dari Roh Kudus. Namun, Yusuf pasti tidak mengetahuinya.

Kita—orang percaya abad XXI—tidak tahu apakah Maria sempat menceritakan kepada Yusuf perihal kunjungan malaikat Gabriel. Akan tetapi, siapa yang bisa percaya dengan cerita macam begitu? Lebih repot lagi, jika Maria—sebagaimana sikap yang sering menyimpan semua perkara dalam hati—tidak menceritakan semuanya kepada tunangannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ”masalah” diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Dan cara Yusuf menggenapi masalah itu menarik disimak. Penulis Injil Matius menceritakan bahwa Yusuf bermaksud menceraikan Maria secara diam-diam” (lih. Mat. 1:19). Langkah ini diambil karena, lagi-lagi menurut penulis, Yusuf adalah seorang yang tulus hati.

Tulus, menurut KBBI, berarti sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong. Menurut Ahmad Syafii Maarif, kata tulus biasa digandeng dengan kata ikhlas sehingga menjadi tulus ikhlas yang berarti suci hati, jujur. Kata ikhlas berasal dari bahasa Arab dengan akar kata kh l sh, yang berarti murni, suci, tidak bercampur, bebas. Ikhlas (Arab) berarti pengabdian yang tulus (sincere devotion), ketulusan, kejujujuran. Kata sincere (Latin: sincerus) berarti suci bersih, dipercaya, bebas dari tipuan dan kepura-puraan, jujur, tulen, murni, dan terus terang.

Ketulusan Yusuf membuat dia tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum. Baginya, lebih baik sakit hati ketimbang menyakiti hati tunangannya. Dan dalam pertimbangan semacam itulah malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya. Yusuf pun akhirnya mengambil solusi sebagaimana yang dinyatakan malaikat tersebut: mengambil Maria sebagai istri (lih. Mat. 1:24).

Tindakan Yusuf memperlihatkan kepada kita betapa dalam memecahkan masalah kita perlu melibatkan Allah. Lagi pula, masalah memang berasal dari bahasa Arab masya Allah yang berarti apa kehendak Allah? Pada titik ini, kehendak Allah memang lebih siginifikan (penting dan bermakna) ketimbang ketulusan manusia. Dan memang hanya orang tuluslah yang mau melakukan kehendak Allah tanpa syarat apa pun.

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home