Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 15:19 WIB | Jumat, 17 April 2015

Menteri ESDM: Impor BBM Indonesia Nomor 2 Terbesar Dunia

Sudirman Said saat hadir di Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI beberapa waktu lalu. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Saat ini Indonesia telah menjadi importir BBM nomor 2 terbesar di dunia dan tidak lama lagi dipastikan akan menjadi yang terbesar didunia.

"Impor kita saat ini nomor 2 terbesar didunia, sebentar lagi akan menjadi nomor 1 di dunia dan ini engga lama, karena yang selisih dengan yang pertama tipis sekali," ujar Menteri ESDM, Sudirman Said, dikutip dari laman Kementerian ESDM, Jumat (17/4).

Sejak tahun 2008 Indonesia menjadi net importir dan saat ini 60 persen kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi melalui impor dari negara lain akibat tingginya konsumsi yang tidak dibarengi dengan produksi yang ada. Indonesia akan terus menjadi net importir jika tidak dilakukan langkah-langkah antisipasi.

Salah satu kiat yang dilakukan Pemerintah untuk mengurangi volume BBM impor adalah dengan mendiversifikasi BBM dengan kebijakan mandatori BBN, dengan kewajiban mandatori ini ketergantungan impor akan dihemat dan kebutuhan nasional akan semakin bertumpu pada kemampuan sendiri dalam menghasilkan bahan bakar.

Pemanfaatan energi baru terbarukan juga merupakan bagian dari langka-langkah untuk mengurangi konsumsi BBM nasional. "Energi baru terbarukan harus dimaksimalkan pemanfaatannya dengan memperhatikan tingkat keekonomian dan keekonomian itu bisa dibangun oleh pemerintah," ujar Sudirman.

Sebelum ini, Indonesian Petroleum Association (IPA) meramalkan Indonesia akan menjadi importir BBM terbesar dunia pada tahun 2019. Pada saat itu diperkirakan konsumsi BBM Indonesia akan berada di 6,19 juta barel setara minyak per hari sedangkan pasokan diperkirakan hanya 6,04 juta.

Saat ini, menurut IPA, permintaan minyak Indonesia berada di level 1,6 juta setara minyak per hari, sedangkan produksi hanya 780 ribu barel setara minyak per hari

Craig Stewart, ketua IPA, yang mewakili sekitar 58 perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di Indonesia, mengatakan pertumbuhan produksi masih akan terhambat apabila pemerintah tidak mampu membersihkan inefisiensi di birokrasi serta menarik investasi di sektor migas.

“Mendatangkan investasi minyak dan gas yang masif di sektor hulu dalam lima tahun ke depan tidak mudah, pemerintah harus mampu menarik investor yang baik dan kompeten ke Indonesia, menyediakan iklim investasi yang konduktif dan persetujuan investasi yang tepat waktu," tutur dia.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home