Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 09:04 WIB | Rabu, 18 September 2013

Mitos Seputar Alzheimer

Penyakit alzheimer selain orang tua, juga bisa terjadi pada usia muda (ilustrasi: alzheimersamerica.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kita sering memaklumi pikun sebagai gejala wajar proses penuaan. Ini merupakan salah satu cara pandang yang salah. Alzheimer merupakan penyakit degeneratif. Dan, kehilangan memori salah satu dari beberapa banyak gejalanya. Ketika penelitian tentang alzheimer telah begitu banyak dilakukan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat maupun Eropa—bahkan negara Asia seperti Jepang dan Korea—masyarakat Indonesia sendiri belum banyak yang memahami penyakit ini.

Padahal, berdasarkan statistik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pasien alzheimer kebanyakan dari negara berkembang dengan perekonomian menengah ke bawah. Perkembangan penelitian mengenai alzheimer sendiri tidak begitu banyak tersedia di Indonesia. Namun, demikian ada beberapa anggapan salah terkait pemicu alzheimer ini.

Mitos 1: Kehilangan Memori Merupakan Proses Penuaan Alamiah

Faktanya, ketika orang menua, memang normal mengalami masalah memori, seperti lupa nama orang yang baru-baru ini bertemu. Akan tetapi, alzheimer adalah masalah yang lebih dari sekadar terjadinya kehilangan memori. Ini adalah penyakit yang disebabkankan malfungsi sel otak dan pada akhirnya mati. Ketika ini terjadi, seseorang bisa lupa permanen nama teman atau jalan pulang ke rumah yang ia sudah beberapa dekade ia tinggal di sana.

Sulit membedakan masalah memori yang normal dengan masalah memori yang harus menjadi perhatian. Asosiasi Alzheimer AS telah mengembangkan informasi untuk membantu membedakannya. Jika Anda atau orang yang dicintai memiliki masalah memori atau masalah lain yang berkaitan dengan berpikir dan belajar, segera hubungi dokter. Kadang, masalah memori disebabkan oleh efek samping obat, kekurangan vitamin atau kondisi lain yang dapat dipulihkan dengan pengobatan. Masalah memori dan berpikir juga bisa disebabkan oleh jenis lain dari demensia.

Mitos 2: Penyakit Alzheimer Tidak Mematikan

Faktanya, tidak ada yang bisa bertahan hidup saat mengidap alzheimer. Penyakit ini menghancurkan sel otak dan menyebabkan perubahan memori, perilaku tak menentu, dan kehilangan fungsi tubuh. Perlahan-lahan dan secara menyedihkan mengambil identitas seseorang, kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, berpikir, makan, berbicara, berjalan, dan menemukan jalan pulang.

Mitos 3: Hanya Orang Tua yang Terkena Alzheimer

Alzheimer dapat menyerang usia 30-an, 40-an dan bahkan 50-an, yang disebut alzheimer pada usia muda. Diperkirakan ada lebih dari 5,2 juta orang pengidap alzheimer di Amerika Serikat, termasuk 5 juta orang berusia 65 ke atas dan 200.000 orang di bawah 65 tahun terdiagnosa penyakit alzheimer pada usia muda.

Sedangkan berdasarkan laporan WHO, sejak tahun 2010 diperkirakan 35,6 juta kasus demensia di seluruh dunia, dan diantaranya berasal dari negara-negara berkembang dan kelompok ekonomi menengah ke bawah, yang kemungkinan penyakit alzheimer termasuk di dalamnya. 

Jumlah kasus alzheimer di Indonesia diprediksi akan meningkat sebanyak 19,7 juta pasien setiap tahunnya, berdasarkan Kemenkes.

Mitos 4: Minuman Kaleng atau Memasak dengan Wajan Aluminium Dapat Memicu Penyakit Alzheimer

Selama tahun 1960an dan 1970an, aluminium disebut-sebut kemungkinan terkait alzheimer. Kecurigaan ini mengarahkan pada peringatan menghindari penggunaan bahan aluminium sehari-hari seperti wajan dan panci, minuman kaleng, antasida (obat maag) dan antiperspirant. Setelah itu diberitakan bahwa penelitian tidak dapat membuktikan bagaimana aluminium bisa memicu alzheimer. Para ahli baru-baru ini berfokus terhadap penelitian di wilayah lain, dan beberapa dari mereka meyakini penggunaan bahan aluminium sehari-hari kemungkinan menimbulkan bahaya lain.

Mitos 5: Pemanis Buatan Asartam Dapat Menyebabkan Kerusakan Memori

Faktanya, pemanis buatan ini dipasarkan di bawah nama merek seperti NutraSweet, DiaSweet dan Equal, telah disetujui oleh BPOM AS (FDA) untuk digunakan dalam semua makanan dan minuman pada tahun 1996. Sejak persetujuan, kekhawatiran tentang efek kesehatan aspartam yang telah diajukan. Di Indonesia, tahun 1990 Dirjen POM Depkes RI mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan aspartam cukup aman, karena sifatnya mudah terurai.

Menurut FDA, pada Mei 2006 belum memiliki bukti ilmiah yang akan mengubah kesimpulan tentang keamanan aspartam bagi kebanyakan orang. FDA menyatakan kesimpulan tersebut bahwa aspartam aman berdasarkan uji coba pada lebih dari 100 laboratorium dan studi klinis pada Mei 2006.

Mitos 6: Suntikan Vaksin Flu Meningkatkan Risiko Alzheimer

Faktanya, sebuah teori yang mengkaitkan suntikan flu dengan risiko terkena penyakit alzheimer telah diusulkan oleh dokter AS yang lisensinya dikeluarkan oleh Dewan Penguji Medis Carolina Selatan. Beberapa studi terutama mengkaitkan suntikan flu dengan vaksinasi lain untuk mengurangi risiko penyakit alzheimer dan perbaikan kesehatan secara keseluruhan.

  • 27 November 2001, laporan Canadian Medical Journal menyatakan orang dewasa yang telah divaksinasi difteri atau tetanus, polio, dan influenza tampaknya memiliki risiko lebih rendah menderita penyakit alzheimer daripada mereka yang tidak menerima vaksinasi ini. Teks lengkap dari laporan ini diposting di situs web jurnal tersebut.
  • November 2004, Journal American Medical Association (JAMA) menemukan bahwa suntikan flu tahunan untuk orang dewasa dikaitkan dengan penurunan risiko kematian dari semua penyebab. Dilansir dari abstrak laporan yang diposting di PubMed.

Mitos 7: Tambalan Gigi dari Bahan Perak Meningkatkan Risiko Alzheimer

Faktanya, menurut bukti ilmiah, tidak ada hubungan antara tambalan gigi perak dengan alzheimer. Kekhawatiran bahwa mungkin ada kaitan muncul karena perak terbuat dari amalgam (campuran) yang biasanya mengandung sekitar 50% merkuri, 35% perak dan 15% timah. Merkuri merupakan logam berat yang dalam bentuk tertentu, diketahui menjadi racun bagi otak dan organ tubuh lainnya.

Banyak ilmuwan menganggap bukti penelitian bahwa tambalan gigi dari bahan perak bukan merupakan faktor risiko utama untuk penyakit alzheimer. Lembaga kesehatan masyarakat AS, termasuk FDA dan WHO, memperbolehkan penggunaan perak karena dianggap aman, kuat, dan murah untuk memperbaiki gigi.

  • Pada Maret 1991, Panel Peralatan Gigi FDA menyimpulkan tidak ada bukti saat ini bahwa perak menimbulkan bahaya.
  • Pada 1991, National Institutes of Health (NIH) penelitian yang didanai University of Kentucky untuk menyelidiki hubungan antara tambalan perak dengan alzheimer. Berdasarkan analisis Universitas, statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tambalan perak dengan alzheimer. Abstrak penelitian ini diposting di website Journal of the American Dental Association.
  • Pada 30 Oktober 2003, artikel New England Journal of Medicine menyimpulkan bahwa saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara tambalan gigi yang mengandung merkuri dengan alzheimer atau penyakit neurologis lainnya. Abstrak penelitian ini diposting di website New England Journal of Medicine.

Mitos 8: Ada Pengobatan untuk Menyembuhkan Penyakit Alzheimer

Faktanya, saat ini tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan, menunda atau menghentikan perkembangan penyakit alzheimer. Obat yang disetujui FDA sementara memperlambat memburuknya gejala sekitar 6 sampai 12 bulan, pada rata-rata sekitar setengah dari orang yang mengkonsumsi obat tersebut. (alz.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home