Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 13:58 WIB | Minggu, 02 Agustus 2015

Muktamar ke-33 NU Dinilai Sarat Kepentingan Politik

Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Andi Jamaro Dulung (kiri) dan Bakal calon Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Haji Salahuddin Wahid (tengah), dalam jumpa pers yang digelar di Media Center Muktamar ke-33 NU, di SMAN 1 Jombang, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, Minggu (2/8). (Foto: Martahan Lumban Gaol)

JOMBANG, SATUHARAPAN.COM – Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Andi Jamaro Dulung, menyebut Panita Pelaksana Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, di Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, tidak profesional serta berpihak pada salah satu bakal calon Rois Aam dan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU.

“Saya menyatakan Panita Pelaksana Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama tidak profesional dan berpihak pada salah satu bakal calon Rois Aam dan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU,” ujar Andi dalam jumpa pers yang digelar di Media Center Muktamar ke-33 NU, di SMAN 1 Jombang, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, Minggu (2/8).

Dia juga mengaku banyak mendengar informasi akan adanya intervensi partai politik dalam pagelaran Muktamar ke-33 NU. Salah satu informasi menyebutkan ada ratusan nama yang diusulkan partai politik untuk menjadi peserta Muktamar ke-33 NU agar bisa mempengaruhi rapat-rapat di dalam komisi ataupun forum.

“Saya banyak dengar dan disinyalir ada peninjau yang diusulkan partai politik yang masuk sebagai peserta dalam muktamar ini. Jumlahnya bukan 10, tapi ratusan. Merka diharap bisa mempengaruhi rapat di komisi ataupun forum," ucap Andi.

Hindari Politik Uang

Sementara itu, Bakal calon Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Haji Salahuddin Wahid, mengajak seluruh peserta Muktamar ke-33 NU tidak berbuat kotor dengan berbagai praktik yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, salah satunya politik uang.

“Tadi malam Ketua Umum PBNU (Said Aqil Siradj) dalam pidatonya di acara Pembukaan Muktamar ke-33 NU mengatakan kita harus mengedepankan akhlakul karimah, pemaksaan, diskriminasi, dan kecurangan itu bukan akhlakul karimah,” ucap sosok yang akrab disapa Gus Sholah itu.

“Jadi jangan kita mengotori muktamar ini dengan praktik-praktik yang tidak baik dan tidak seuai dengan ajaran agama Islam. Contohnya money politic,” dia menambahkan.

Sebab, menurut Gus Sholah, banyak pihak yang datang ke tempatnya di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang Provinisi Jawa Timur, untuk mengiming-iming sejumlah uang. “Jauhkan hal semacam ini. Berilah NU manfaat, jauhi memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadi maupun kelompok,” tutur dia.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home